Site icon PROKALTIM

Rina Zainun, Fenomena Gunung Es Kekerasan Perempuan dan Anak

WhatsApp Image 2022 04 22 at 19.11.42 Rina Zainun, Fenomena Gunung Es Kekerasan Perempuan dan Anak PROKALTIM

Rina Zainun Ketua TRC-PPA Korwil Kaltim. (foto: Ist)

SAMARINDA, PROKALTIM- Bicara perempuan dan pergerakkan tak terlepas dari satu sosok ini, tegas, cerdas dan terdepan membela perempuan dan anak,
Rina Zainun namanya, perempuan 45 tahun ini mungkin namanya tak asing lagi di telinga masyarakat Samarinda, menjadi rujukkan berkaitan dengan pembelaan hak perempuan, Prokaltim.com berkesempatan bertemu dengannya, jiwa Kartini terasa hidup bersamanya.

Rina sapaan akrabnya seorang ibu sekaligus juga seorang ayah bagi anak-anaknya, ya! Rina Memiliki 3 orang buah hati yang disela kesibukannya tak mengurangi perannya sebagai seorang ibu.

“Saya gagal menjadi seorang istri, tapi tidak untuk menjalankan peran sebagai ibu dan juga ayah, walau kami telah berpisah namun kami selalu berusaha untuk ada selalu untuk anak kami,” ungkap Rina Zainun.

Berangkat dari kegelisahan melihat anak jalanan yang tanpa arah, pada 2013 Rina bersama rekannya tergabung dalam salah satu organisasi peduli anak jalanan, tepatnya di depan Masjid Islamic Center Jalan Slamet Riyadi Kecamatan Sungai Kunjang, menjadi tempat dirinya menempa diri sekaligus memberi pengetahuan yang ia miliki kepada para anak jalanan.

2014 Rina sempat tergabung menjadi relawan di KPAI Samarinda dan 2016 dirinya terlibat langsung dalam struktural di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda menjabat sebagai sekretaris.

“Disitu awalnya langsung terjun menangani kasus anak dan perempuan dengan berbagai tantangan,” serunya saat ditemui Prokaltim.com disela kesibukannya Jumat (22/4/2022) pagi.

Selanjutnya pada awal 2017 dirinya memutuskan untuk mundur dari KPAI, dan secara mandiri tetap melanjutkan misi kemanusiaan dalam hal penanganan perempuan dan anak.

Pada 2019 Rina dipercaya untuk menjabat Ketua Kordinator Wilayah (Korwil) Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kalimantan Timur.

“Sebelumnya adalah TRC-PA (Perlindungan Anak) dan akhinya berubah nama dan luasnya tanggungjawab menjadi Perlindungan Perempuan dan Anak, sesuai akte notaris dan akte Kemenkumham,” ujarnya.

Tak mudah menjalani sebagai relawan kemanusiaan bidang perempuan dan anak, ada saja rintangannya.

“Namun dibalik rintangan, banyak senyum anggota TRC-PPA yang membangkitkan semangat untuk terus berbuat kebaikan untuk sesama,” jelasnya sambil tersenyum bahagia.

Terlebih saat melakukan pendampingan hukum, kurangnya informasi dan edukasi membuat para korban ataupun wali korban enggan untuk melaporkan tindakan yang terjadi pada dirinya (korban).

“Sebagian masyarakat, yang menjadi korban kekerasan hingga pelecehan seksual menganggap aib dan tidak mau di proses hukum yang berlaku, seperti fenomena gunung es dibawahnya banyak tapi hanya sedikit yang terlihat dipermukaan,” ucap perempuan kelahiran 12 Februari 1977 ini.

Tak jarang hampir 75 persen para korban yang datang untuk meminta pendampingan hukum, merupakan keluarga yang menengah ke bawah.

“Kendala tentang finansial itu sering, namun alhamdulillah selalu teratasi, karena banyak kepedulian para donatur terhadap kegiatan kami, sehingga ringan tangan mereka turut meringankan beban saudara kita,”ungkapnya.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Samarinda ini berharap kepada wanita Indonesia, Kalimantan Timur dan Samarinda khususnya dalam peringatan Hari Kartini tahun 2022 ini, wanita semakin bersinar, percaya diri dan pantang menyerah untuk mewujudkan cita-citanya dalam berkehidupan. (psg/adl)

Exit mobile version