Search
Search
Close this search box.

Lingkar Diskusi Bincang Karya PMII

Lingkar Diskusi Bincang Karya PMII

BALIKPAPAN,PROKALTIM – Lingkar diskusi bincang karya tercipta oleh segenap kawan mahasiswa, yang tergabung dalam organisasi Kepemudaan, tepatnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII. Menghadirkan sang penyusun buku yang berjudul ‘’Surau Kami PMII’’, pak Makhfud Syawaluddin yang kami sapa dengan panggilan Bang Makhfudz agar akrap jika berbincang dan tak terkesan formal seperti forum pemerintahan, pada Senin (30/5/2023) malam.

Tepat pukul 21.45 WITA sang moderator Muhammad Kurnia biasa disapa Kurnia, membuka lingkar diskusi dengan dihadiri oleh belasan Mahasiswa dari pelbagai Kampus, di barengi makanan ringan dan kopi. Menemani perbincangan di situasi malam diiringi hujan rintik yang terdengar di luar ruangan sebuah bangunan tua, 5 tahun lamanya dijadikan tempat berkumpul sejak 2018. Hujan turun seolah mendukung suasana semakin adem ayem antar Mahasiswa yang saling melontarkan pertanyaan, bagaimana langkah dukungan dalam menciptakan sebuah karya bagi personal dan organisasi, juga tak sedikit membicarakan pemanfaatan karya dalam era digitalisasi.

Oh iya, saya selalu tertarik, bagaimana antar Mahasiswa yang tergabung dalam PMII memanggil satu sama lain dengan besutan sapaan Sahabat bagi laki laki dan Sahabati bagi perempuan. Tentunya mulai dari terbentuk Organisasi PMII pada Tahun 1960, sahabat tak hanya embel embel sapaan namun memiliki esensi yang sangat mendalam. Seperti Nabi Muhammad SAW memakai sapaan sahabat bersama para sahabatnya yang memiliki jiwa Tangguh serta ketulusan hati dalam mensyairkan agama islam yang tentram tanpa kekerasan juga kebaikan antar sesama manusia tanpa memandang perbedaan.

Sang Moderator Kurnia yang saat ini menjabat sebagai Ketua III bidang keagamaan pada Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah STITBA. Sebelum lebih jauh dalam isi pembahasan diskusi, Komisariat ialah sebutan Organisasi PMII yang bertempat diranah kampus.

Sahabat Kurnia, membuka perbincangan guna memantik pembahasan pada lingkar diskusi dengan pertanyaan kepada bang Mahfudz, bagaiman awal mula tercipta sebuah karya literatur berjudul Surau kami PMII?

Sang penyusun buku pun menjelaskan bahwa awal mula karya literatur yang ia susun dari kumpulan puisi kader PMII se Pasurusan dan para Alumni beranjak dari keinginan dalam mengetahui rasa kecintaan antar personal kepada Oganisasi yang disajikan melalui sajak sajak puisi.

Baca juga  Bupati PPU Sambut PII Kunjungi Proyek Pembangunan IKN

Saling lempar tanggapan maupun pertanyaan pun terjadi,perbincangan mulai terasa hangat di tengah hujan yang semakin deras dengan kondisi angin mulai merebak ke dalam ruangan.

Sahabat Hijir yang berasal dari Komisariat Universitas Balikpapan tak tinggal diam setelah mendengar dan mengamati perbincangan antar sahabat. Ia menyampaikan pertanyaan dari pojok ruangan. Bagaimana menghilangkan pemikiran insecure, atau kurangnya percaya diri yang timbul pada saat ingin membuat sebuah karya?

Pertanyaan yang telah diutarakan oleh Sahabat Hijir kembali disambar oleh Bang Mahfudz yang juga mempunyai background sebagai Staf Ahli Dewan Riset Daerah Kabupaten Pasuruan, bagaimana ia menjelaskan bahwa dalam menciptakan sebuah karya. Tak perlu terlalu banyak menuangkan pemikiran negatif yang menimbulkan efek terhalangya sebuah karya, namun berikan tindakan terlebih dahulu dalam membantu terciptanya sebuah karya.

Begitu pula dengan Sahabati Sartika, salah satu Mahasiswi yang tergabung dalam Komisariat Sekolah Tinggi Agama Islam Balikpapan Staiba, ia menyampaikan tanggapan terkait pemanfaatan digitalisasi sebagai sarana bagi sebuah karya yang dapat menimbulkan perubahan. Ia memberi contoh seperti pandawara group yang terdiri dari lima pemuda dengan gerakan membersihkan selokan maupun pantai dari pelbagai macam limbah yang saat ini sering terlihat di media social hingga mendapat berbagai macam apresiasi.

Tak terasa selama dua jam berbincang secara bergantian, saling tangkap pertanyaan dengan jawaban, saling menyampaikan tanggapan terkait penciptaan sebuah karya. Malam pun mulai larut, terlihat pukul 12.00 WITA menuju pergantian hari dan hujan perlahan redah.

Sahabat Firdaus pratama juga tak ingin ketinggalan untuk mendorong lingkar diskusi tak hanya sebatas perkatan saja. Ia mengajak para sahabat yang hadir untuk membuat suatu kelompok konseptor, yang bergerak dalam ranah mengkonsep suatu karya melalui arah gerak kelompok. Begitupula eksekutor atau kelompok sahabat yang bersedia dan memiliki bakat dalam mengeksekusi suatu konsep yang akan dijadikan sebuah karya bersama.

Baca juga  DPRD Balikpapan Sebut Pom Mini Bantu Warga di Pelosok dan Padatnya Antrean SPBU

Dengan mengamati bagaimana para Sahabat PMII dari pelbagai kampus hadir dan antusias menyampaikan gagasan dalam lingkar diskusi bincang karya, saya teringat dengan sebuah tulisan feature yang waktu itu saya rancang untuk membantu para nelayan di daerah Manggar pesisir Timur Balikpapan, dalam menyampaikan permasalahan yang menimpa secara langsung terhadap ekonomi mereka untuk didengar oleh Elite Pemerintah pemegang kebijakan, juga belbagai permaslaahan social yang saya tuangkan dalam catatan pemberitaan pubik. Namun bukan timbul solusi, melainkan intimidasi dari pelbagai kepentingan elite pemerintahan dan politik. Dengan itu saya sedikit lebih faham dengan dahsyatnya karya tulisan yang tersebar. Tak sedikit pula yang menjadi rujukan presentasi dalam forum pemerintahan dalam melihat fenomena permasalahan yang menimpa masyarakat.

Bukan kah politik iakah berfikir menemukan jalan dan bekerja sampai batas tak tertangguhkan bagi kesejahteraan sebanyak banyak manusia, seperti yang di katakan Presiden Republik Indonesia ke empat K. H Abdurrahman Wahid.

Rasa syukur pun juga spontan terucap karena terciptanya lingkar diskusi. Pembahasan pentingnya sebuah karya memakai metode apapun, mulai dari bagaimana sebuah karya yang tak lepas dari gerakan yang harus dimulai, karena bukan hanya sebuah kata dengan kemasan didalam kepala. Namun harus beranjak bergerak, entah melalui digitalisai seperti konten creator, documenter vidiografi, tulisan opini yang dikemas menjadi buku.

Atau juga bisa dimulai melalui sebuah gerakan yang dapat disajikan dan menjadi sebuah keistimewaan seperti tarian, pendampingan yang menimbulkan perubahan menuju kebaikan dan lain sebagainya. Karena itu hanya metode inovasi dikemas melalui kreatifitas dalam menciptakan sebuah karya.

Diam merenung dan selalu berfikir dampak negative sebuah karya yang belum tentu terjadi, atau bergerak menciptakan karya melalui belbagai metode yang ada dengan memanfaatkan digitalisasi ?
Shalaallahu alaa Muhammad. (*)

Agar Tidak Ketinggalan Informasi Terbaru
Ikuti Berita Kami di Google News, Klik Disini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kaltim News

EO KALTIM

Borneo Land Promosindo percaya bahwa konsumen dan pemahaman pasar adalah cara terbaik untuk mengaktifkan kualitas dan merek

VENDOR EVENT DAN DESIGN

Jasa Tukang Interior, Stand Pameran, Spesial Desain, Partisi Pameran, Panggung, Backdroop, Photobooth, Flooring, Black Curtain, dan Dekorasi Event Lainya

OUTBOUND KALTIM

Outbound merupakan suatu bentuk kegiatan di alam terbuka yang berguna untuk mengembangkan kemampuan di bidang manajemen dan pengembangan diri.

Scroll to Top

PROKALTIM GROUP

Kategori Berita
Daerah

Pendaftaran Kolomnis Kaltimsiana

[gravityform id="3" title="false" description="false" ajax="true"]