PROKALTIM,BALIKPAPAN – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan mencatat inflasi sebesar 1,67% secara bulanan (mtm) pada Maret 2025. Secara tahunan (yoy), inflasi di Balikpapan mencapai 1,38%, lebih tinggi dibandingkan angka nasional yang sebesar 1,03% dan gabungan empat kota di Kalimantan Timur yang mencatat 1,36%.
Kenaikan harga terutama didorong oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 1,46% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar di antaranya adalah tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan.
“Kenaikan tarif listrik terjadi seiring berakhirnya kebijakan diskon 50% bagi pelanggan berdaya 2.200 VA ke bawah pada Februari 2025,” ungkap Robi Ariadi, Deputi Direktur sekaligus Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, pada Rabu (9/4/2025).
Kenaikan harga cabai rawit disebabkan menurunnya pasokan akibat curah hujan tinggi di daerah sentra produksi, sementara peningkatan permintaan saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan cuaca buruk yang menghambat nelayan turut memicu lonjakan harga udang basah dan ikan layang.
Sementara itu, beberapa komoditas mengalami penurunan harga seperti bayam, kacang panjang, sawi hijau, kangkung, dan bahan bakar rumah tangga. Penurunan ini didukung oleh membaiknya pasokan serta penambahan kuota LPG 3 kg oleh Pertamina.
Senada dengan Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat inflasi 2,19% (mtm) dan 1,19% (yoy). Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau juga menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil 1,84% (mtm). Komoditas seperti tarif listrik, ikan tongkol, cabai rawit, ikan layang, dan cabai merah menjadi pemicu utama.
“Inflasi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh peningkatan permintaan selama periode HBKN serta normalisasi kebijakan subsidi listrik,” tambah Robi.
Optimisme konsumen tetap terjaga di Balikpapan. Hal ini tercermin dari hasil survei Konsumen oleh Bank Indonesia yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada level 130,3, meningkat dari bulan sebelumnya.
“Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan masih berada di zona optimis, dengan indeks di atas 100,” jelas Robi Ariadi.
Ke depan, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Langkah-langkah yang ditempuh mencakup pemantauan harga, penguatan kerja sama antar daerah, pelaksanaan operasi pasar, hingga gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.
“Melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), kami berkomitmen menjaga inflasi dalam sasaran nasional sebesar 2,5% ± 1%,” pungkas Robi. (to)