PROKALTIM,KUTAI TIMUR – Program Sustainable Living Village (SLV) dari Apical Group di Kabupaten Kutai Timur, Kaltim, mencatat capaian positif selama setahun pelaksanaan. Program yang digelar di tiga desa binaan di Kecamatan Bengalon—yakni Desa Tepian Indah, Tepian Langsat, dan Tepian Makmur—membawa dampak nyata, mulai dari pelatihan petani hingga aksi penghijauan.
Dengan pendekatan holistik, program ini mengusung empat fokus utama: pemberdayaan ekonomi masyarakat, perlindungan hutan, perbaikan rantai pasok, dan penguatan kolaborasi dengan pemda serta pemangku kepentingan.
Salah satu program unggulan adalah penanaman pohon sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Dari target 90 ribu pohon selama tiga tahun, 30 ribu telah ditanam di tahun pertama. Bahkan, program ini langsung tancap gas di tahun kedua dengan menanam tambahan 2.000 pohon pada 9 Juli lalu.
Aksi tersebut melibatkan 83 peserta, termasuk perwakilan pemerintah, aparat desa, warga, serta sejumlah mitra Apical Group seperti PT Bima Palma, PT Anugrah Energitama, dan PT Kutai Balian Nauli.
“Kami tidak hanya mencapai target, tapi juga melampauinya. Ini menunjukkan komitmen kuat masyarakat untuk membangun desa berkelanjutan,” ujar CSR Manager Apical Group, Agus Wiastono.
Tak hanya soal lingkungan, Apical juga fokus pada peningkatan kapasitas petani sawit. Sebanyak 459 petani swadaya telah mengikuti pelatihan Best Management Practices (BMP), jauh di atas target awal 150 orang. Pelatihan lanjutan pun digelar 8 Juli di Desa Tepian Indah, membahas pemilihan bibit unggul dan teknik pembibitan bersama Earthworm Foundation.
Soal legalitas, SLV mendampingi petani mendapatkan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Hingga kini, 88 STDB telah diserahkan dari target 500 hingga akhir program. STDB ini menjadi syarat penting dalam mengakses pembiayaan dan proses sertifikasi keberlanjutan seperti ISPO dan RSPO.
Di sisi ekonomi, program ini juga membuka peluang usaha alternatif. Salah satu dari dua demonstration plot (demplot) kakao sudah mulai difungsikan sebagai contoh budidaya kakao yang baik.
Secara keseluruhan, program SLV di Kutim membuktikan bahwa keberlanjutan bukan sekadar soal lingkungan, tapi juga soal kesejahteraan masyarakat. Inisiatif ini sejalan dengan filosofi 5C milik Apical—Community, Country, Climate, Customer, dan Company—yang mendorong sinergi antara perusahaan, pemerintah, dan warga demi masa depan yang hijau dan berkelanjutan. (to)