Namanya Uweq Periaq. Usianya sekitar 73 tahun. Wanita cantik Suku Dayak Kenyah ini tetap setia dengan menjaga tradisi Telingaan Aruu alias telinga panjang hingga sekarang ini.
Pada akhir tahun 80an Uweq (Ibu,red) Periaq dan keluarga besar pindah dari Apau Kayan ke Desa Budaya Pampang. Apau Kayan adalah daerah perbatasan antara Indonesia dan Serawak, Malaysia.
Sejak kedatangannya, Uweq menjadi maskot budaya di Desa Pampang. Banyak wisatawan datang ke Desa Budaya Pampang hanya untuk bertemu dan berfoto dengan Uweq.
Uweq bercerita dengan tenang kepada wartawan Prokaltim di kediamannya di desa Pampang, tentang mengapa dia mempertahankan tradisi budaya suku dayak Telingaan Aruu (telinga panjang) yang masih dia banggakan saat ini.
Sementara sebagian besar wanita suku Dayak Kenyah memotong telinga panjangnya sebelum mereka keluar dari Apau Kayan. Atau mereka memotong telinganya sesudah sampai di Samarinda.
Ada banyak alasan kenapa mereka memotong telinga panjangnya. Salah satu alasan utama karena malu.
Uweq beralasan kenapa dia tidak ikut-ikutan memotong telinga panjangnya adalah dia sayang dengan telinga panjangnya karena dia teringat dengan Ibunya yg sudah susah payah memanjangkan telingnya dari bayi supaya menjadi gadis yg cantik.
Tradisi sejak dari para leluhur, identitas telinga panjang itu memang untuk kecantikan wanita Suku Dayak.
Alasan lainnya adalah karena tidak ada uang untuk membayar manteri (dokter desa) yg bisa memotong telinga panjangnya. Tapi justru itu yang menyelamatkan telinga panjangnya.
Dan jadilah Uweq Periaq sekarang ini wanita Dayak Kenyah yg bertelinga panjang satu-satunya di Desa Budaya Pampang setelah beberapa nenek-nenek yg bertelinga panjang satu persatu meninggal dunia.
Apapah anda ingin bertemu Uweq? Datanglah ke Desa Budaya Pampang. Cukup menempuh jarak hanya 25 km dari Kota Samarinda.
Namun, dikarenakan pandemi, menunggu hingga Desa Pampang bisa dibuka kembali untuk umum. (chw)