Penulis: Pandhu Samudra
Maraknya bisnis haram syahwat online belakangan yang terjadi di Kota Tepian Samarinda membuat masyarakat khawatir. Kali ini tim liputan Prokaltim.com akan melakukan penelusuran dan investigasi, yang akan berperan sebagai pengguna jasa bisnis “lendir” dan hasilnya membuat kita tercengang, karena ada dugaan kelompok jaringan mengemuka dalam proses investigai.
Cuaca dingin mulai menusuk tulang, berselimut kabut tipis mulai menutup kerlip bintang di langit, jam di tangan menunjukan pukul 00.10 Wita, Kamis (11/11/2021) dini hari.
Pencarian teman aplikasi MeChat dimulai, aplikasi wajib penikmat cinta satu malam ini menunjukkan ada penawaran dengan jarak lokasi terdekat. Tak berselang lama sebuah akun berjarak 100 meter menyapa, obrolan pun dimulai, sekedar basa-basi hingga menawarkan Boking Order (BO) lengkap dengan harga dan service yang di berikan.
“Rp. 800 ribu full service main rasa pacar no an*l,” jawab pemilik akun.
Gayung bersambut, terjadilah negosiasi dan disepakati Rp. 600 ribu untuk peroleh jasa layanan, dan si penulis pun mengarah ke sebuah hotel yang terletak di kawasan Kelurahan Pelabuhan, Samarinda.
Sesampainya dihotel komunikasi berlanjut, sebut saja si Bunga (nama samara akun) tersebut meminta penulis untuk mengambil gambar suasana di lobby Hotel sebagai bukti dan verifikasi keseriusan.
Sekitar 5 menit Bunga memberitahu untuk langsung naik ke lantai 7 dan kamar nomor 8708. Dengan penuh rasa penasaran dan jantung ikut berpacu, terdengar suara kunci kamar dibuka, lampu remang-remang berwarna kuning menyambut langkah kaki ini dan otomatis mulai memperhatikan situasi sekitar.
Bunga dengan senyuman khasnya, membuka pintu, lalu duduk di pojok ranjang. Bunga dari penampilannya berparas muda berambut pirang sambil memainkan hp tak banyak kata yang keluar dari bibir tipis dan seksinya.
Dari perkenalan hingga pertanyaan tentang sisi kehidupan, Bunga adalah Wanita berusia 19 tahun, berparas cantik dan ternyata berasal dari Kota Intan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mengaku baru sepekan open BO di Hotel tersebut.
“Aku itu kerja begini karena banyak kebutuhan di kampung, bayar kontrakan rumah, kredit motor dan bantu kebutuhan orang tua juga,” ucapnya sambil tersenyum manja.
Selanjutnya berselang beberapa menit, Bunga mengajak penulis untuk langsung to do point eksekusi di ranjang.
Namun penolakan secara halus dilakukan, karena ini adalah kebutuhan invetigasi liputan. Namun apa yang tidak diduga terungkap, dari lekuk tubuh Bunga menyiratkan sesuatu, dan ternyata perempuan muda berkulit putih ini sedang berbadan dua alias hamil.
“Iya aku hamil 5 bulan, makanya aku lari ke Samarinda karena malu sama keluarga di kampung, pacar aku gak bertanggung jawab,” lirihnya mengakui keberadaan sebab Bunga Hamil.
Seketika suasana menjadi hening. Tatapan matanya kemudian terunduk menatap hp di genggaman tangannya yang lentik. Nampak tanpa ada rasa penyesalan, Bunga harus berjuang menentukan takdirnya sendiri di negeri perantauan Samarinda, tanpa ada anak family.
Melihat kisah ini, kita Kembali disegarkan dengan ingatann kasus pembunuhan terdahulu yang pernah terjadi dengan motif yang sama dan berasal dari daerah Banjarmasin. Pertanyaan dalam benak kita, mungkinkah ini adalah dari jaringan yang sama? (*Bersambung)