Sejak 1995, Ombudsman Catat 17 Kejadian Kilang Pertamina Terbakar

JAKARTA,PROKALTIM – Api kembali melahap Kilang Pertamina Cilacap. Kebakaran yang disebabkan petir itu terjadi Sabtu (13/11) sekira pukul 19.20 Wib dini hari.
Ombudsman Republik Indonesia (ORI) menyikapi kejadian ini dan saat mengundang Prof Dr Reynaldo Zoro pakar petir ITB ke kantor ORI di kawasan Jakarta Selatan, pada 25 Oktober 2021 silam. Pembahasan utama persoalan efek petir terhadap alat produksi minyak.
Melansir Merdeka.com, anggota ORI, Hery Susanto mengatakan, sistem proteksi petir pada industri minyak dan gas di Indonesia secara umum sudah mengikuti standar internasional NFPA 780, API 653, dan API RP 2003.
“Standar NFPA 780 mengatakan bahwa tangki yang terbuat dari metal dengan ketebalan 4,8 mm bersifat self-protected terhadap dampak sambaran langsung petir, sehingga tidak memerlukan adanya proteksi petir tambahan,” katanya, Sabtu (13/11).
Namun berdasarkan statistik, tangki di Indonesia hampir setiap tahun terbakar dan meledak akibat sambaran petir. Berdasarkan data, sejak 1995 sampai dengan 2021 PT Pertamina telah alami kebakaran atau meledaknya tangki kilang minyak sebanyak 17 kali.
“Hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan karakteristik petir di Indonesia yang beriklim tropis dengan karakteristik petir yang beriklim sub-tropis,” ujarnya.
Sementara itu, lanjutnya, standar internasional NFPA dan API disusun dengan mengacu pada kondisi di wilayah sub-tropis. Perbedaan karakteristik ini menjadikan standar NFPA dan API tersebut tidak cukup untuk melindungi tangki dari sambaran petir tropis.
“Petir di Indonesia memiliki ekor gelombang yang panjang, sehingga parameter muatan arusnya lebih besar dibandingkan dari petir sub-tropis. Muatan arus petir memiliki efek leleh pada logam. Petir yang mempunyai muatan besar dapat melelehkan bahkan melubangi metal pada tangki,” pungkasnya.
Ditempat terpisah, Coorporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional Ifki Sukarya membenarkan peristiwa api membakar satu buah tangki berisi Pertalite.
Upaya pemadaman yang diakukan menggunakan High Capacity Foam Monitor pada tangki yang terbakar. Sedangkan, untuk tangki yang berada di sekitarnya dilakukan pendinginan secara water sprinkle. Guna mencegah api merembet.
Menurut Eko, warga sekitar yang melihat kejadian saat kebakaran wilayah tersebut tengah diguyur hujan. Pun ia mendengar suara ledakan setelah terjadi sambaran petir.
Jika ditarik ke belakang, kebakaran tersebut merupakan kali kedua. Kebakaran kilang yang pertama terjadi pada bulan Juni 2021 lalu.
Total 40 jam petugas baru bisa menjinakkan api. Saat itu, api melahap salah satu area tangki atau bundwall di kilang, Jumat (11/6/2021) sekira pukul 20.00 Wib.
Pun dengan kondisi cuaca yang sama. Saat itu, di sekitar lokasi juga sedang diguyur hujan. Api melahap tangki 39 Paraxyline Pertamina Refenery Unit (RU) 4 Cilacap.
Sebelum terbakar, warga sempat mendengar adanya suara ledakan. “Ledakan tangki di area bravo kemungkinan tangki 39 atau 38. Kepulan asap masih melambung tinggi, ledakan sekitar 20 hingga 15 menit lalu. Pekerja sudah nihil,” kata salah satu warga.
Petugas membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk menjinakkan api.
“Tepat pada hari Minggu, pukul 10.50 Wib, kawan-kawan di Kilang Pertamina Cilacap bisa memadamkan seluruh api yang ada di sekitar tangki area 39. Semua dalam kondisi lancar dan padam,” kata Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Djoko Priyono saat jumpa pers pada Minggu (13/6/2021) lalu.
Saat ini lanjut Djoko, pihaknya terus melakukan pemantauan, pendinginan (cooling) dengan foam di area tangki, guna memastikan tidak ada lagi titik api baru.
“Kami juga terus melakukan pengukuran temperatur tangki, dan saat ini pada angka 35 derajat celcius. Artinya bisa dipastikan dengan temperatur ini tidak ada lagi potensi titik api baru, meskipun kami tetap siaga,” ujarnya.
Total kerugian saat itu diperkirakan mencapai Rp270 juta.
Kilang Cilacap merupakan satu dari enam Kilang Pertamina dan kapasitas pengolahan 270.000 barel per hari. Kilang ini memiliki sekitar 200 tangki untuk menampung crude yang akan diolah, gas serta BBM hasil pengolahan minyak mentah. (cow)