SAMARINDA,PROKALTIM- Miris, kata yang tepat untuk menggambarkan hal ini, dunia pendidikan tercoreng, seorang siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 002 Samarinda Seberang mendapatkan intimidasi oleh wali kelasnya.
MF (10) siswi kelas 4 B sangat terdampak dengan pembelajaran jarak jauh, seperti kita tahu pandemi Covid-19 membuat pemerintah harus menggelar pendidikan belajar mengajar dengan sistem online (Daring).
Keterbatasan ekonomi dan kurangnya informasi yang didapat membuat MF (10) membuatnya tidak dapat mengikuti pembelajaran secara daring, dikarenakan tidak memiliki gawai (handphone) sebagai sarana penunjang pembelajaran secara online.
Muhammad Kadir Jailani (28) yang merupakan relawan yang turut mendampingi anak MF sejak sepekan belakangan, mengaku mendapati MF dalam kondisi menangis di tepi jalan tak jauh dari sekolah.
“Saya tanya, kenapa menagis, dia bilang diusir dari kelas,” ucap Memet sapaan akrabnya
Terkait permasalahan yang dialami anak MF, Memet mengaku sejak pembelajaran daring MF tak dapat mengikuti karena terkendala tidak memiliki handphone.
Kedatangan kami yang bertujuan mengkonfirmasi kebenaran yang terjadi dilingkungan sekolah tersebut, namun disambut sikap tempramen oleh beberapa oknum guru yang menyangkal akan kejadian tersebut.
Pantauan Prokaltim.com di lingkungan SDN 002 Samarinda Seberang, beberapa guru dengan tatapan penuh tanya dan sesekali berbicara dengan nada tinggi.
“Ngapain ini ramai-ramai datang bawa wartawan segala, kan permasalahanya sudah selesai,”ucap Risna yang merupakan wali kelas MF saat dijumpai di ruang guru SDN 002 Samarinda Seberang.
Awak media berusaha menghadapi situasi dengan kepala dingin dan berkesempatan bertemu dengan Kepala Sekolah SDN 002 Samarinda Seberang Sarban, mengakui tidak tahu menahu akan permasalahan yang terjadi.
“Belum ada konfirmasi dari guru yang bersangkutan, namun akan kami lakukan pemanggilan terhadap oknum guru tersebut,” ungkap Sarban.
Terkait solusi yang diberikan, pihaknya mengaku akan tetap memberikan hak anak untuk meraih pendidikan sebagai penerus bangsa Indonesia.
“Kita akan terus berikan haknya dan anak ini harus tetap sekolah,” tegasnya.
Belum usai berbincang dengan Kepala Sekolah (Kepsek) diruang kerjanya, datang seorang yang mengaku guru, mengenakan kemeja hitam, smmbil menyulut sebatang rokok, lalu berbicara dengan nada tinggi kepada relawan pendamping.
“Ada apa ramai-ramai sambil rekam-rekam,” sebutnya.
Sempat terjadi kericuhan namun dapat diatasi oleh pihak sekolah, tak berselang lama sekelompok oknum ibu guru menyoraki awak media.
“Wartawan tidak pernah jadi guru,” sambil bersorak.
Terpisah Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Samarinda Asli Nuryadin saat dihubungi mengaku belum mengetahui permasalahan yang terjadi.
“Saya akan konfirmasi kepala sekolahnya dulu,” singkatnya. (Psg/adl)
Be First to Comment