SAMARINDA, PROKALTIM – Belum lekang dari ingatan kisah siswi sekolah dasar (SD) yang diusir gurunya saat ujian kenaikan kelas berlangsung di Samarinda Seberang, kini hal serupa terjadi lagi, mengusik rasa kemanusiaan.
Kini terjadi kembali, sebut saja Rinjani –bukan nama sebenarnya– nyaris kehilangan impiannya mengejar cita-cita menjadi dokter.
Rinjani harus putus sekolah di bangku kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Samarinda Utara, lantaran tak mampu melunasi biaya paket seragam sebesar Rp. 1.050.000 yang diprogramkan sekolah dan orang tuanya hanya mampu membayar setengahnya.
Bukan karena tentang tak memiki biaya yang membuat Rinjani harus berhenti sekolah, melainkan dirinya merasa malu karena mendapatkan ejekan dari teman sebayanya.
Ejekan tersebut muncul setelah, oknum Kepala Sekolah membacakan daftar nama-nama yang belum melunasi paket seragam program sekolah tersebut di depan kelas.
“Kalau tidak punya uang tidak usah sekolah,” ucap Rinjani mencontohkan ucapan sang Kepala Sekolah kepada awak media sembari berlinang air mata. Rabu (20/7/2022) tadi.
Tak hanya sampai disitu, pihak sekolah juga tidak memperkenankannya menggunakan kaos olahraga bekas yang tidak sama dengan produksi tahun ajaran baru.
“Rinjani dapat kaos olahraga dari tetangga yang kebetulan anaknya juga alumin SMP yang sama, tidak boleh pakai yang ini, tidak sama dengan yang baru,” kembali dirinya mencontohkan ucapan pihak sekolah.
Rinjani yang didampingi sang ibu turut menangis tersedu-sedu karena impiannya untuk melanjutkan pendidikan harus tertahan karena kondisi ekonomi yang seharusnya bisa ada jalan keluar.
“Apakah orang miskin tidak boleh sekolah?” tanya sang ibu sambil menangis.
Kurang lebih dua bulan sudah Uul tidak bersekolah, demi menyambung hidup Rinjani turut menjadi penopang perekonomian keluarganya dengan membantu sang ibu yang hanya berjualan sayur masak.
“Saya bantu ibu, antarkan sayur masak ke pelanggan yang sebelumnya telah dipesan secara online,” bebernya.
“Sudah kurang lebih dua bulan pula Rinjani tidak pernah dicari oleh pihak sekolah,” tambah sang ibu.
Kami mencoba menghubungi via telepon WhatsApp kepada kepala sekolah tersebut namun sampai berita ini ditulis belum ada respon.
Selanjutnya kami mendapatkan nomor kontak wali kelas yang bersangkutan namun wali kelas mengaku tak tau menahu atas persoalan yang terjadi.
Tepat Pukul 12.00 WITA media kami terhubung ke kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, Asli Nuryadin melalui Kepala Bidang PSMP Disdikbud Kota Barlin Hady Kesuma menjelaskan dengan adanya informasi tersebut diatas, pihaknya akan segera berkomunikasi dengan yang bersangkutan.
“Kalau sekolah sudah tahu ada muridnya yang tidak mampu harusnya diupayakan bagaimana bisa mendapat hak atas pendidikannya bukan dipersulit,” jelas Barlin.
Pihaknya juga menyebut untuk program sekolah mengenai atribut hingga seragam sekolah itu tidak wajib.
“Kalau memang seragam atau atribut peninggalan kakak kelasnya masih layak kenapa tidak, kami akan kunjungi segera anak yang bersangkutan dan perjuangkan haknnya, imbuhnya. (psg/adl)
// Artikel berita ini telah dilakukan perubahan oleh redaksi