SAMARINDA, PROKALTIM – Bukan Anak Kolong –sebutan anak tentara–, bukan juga anak orang berada, namun dirinya membuktikan bisa berkarir cemerlang dan posisi mentereng di kemiliteran, dialah Letkol Arm Novi Herdian, Komandan Kodim 0901/Samarinda, berbicara daerah konflik, kepemimpinan dan pengalaman hidup.
Deretan foto para Komandan Kodim pendahulu dengan dominan foto berlatar belakang merah berderet di dinding Kantor Kodim 0901/SMD, saat media ini menemui orang nomor satu di kemiliteran Samarinda ini.
Letkol Arm Novi Herdian menceritakan bagaimana ia terinsiprasi dari beberapa hal, dari kota Malang yang dikenal Kota Tentara, menariknya ia pun menaruh hati di dunia militer juga karena menonton film berjudul Perwira Kesatria dan Putera Samudera.
“Dalam pikiran saya, setelah lulus SMA nanti, gak pengen bawa map kemana mana, alias cari kerja, lulus sekolah niatnya langsung kerja,” ungkap Letkol Arm Novi Herdian saat di jumpai di ruang kerjanya, Selasa (2/8/2022) lalu.
Ayahnya pekerja di pabrik gula, terakhir saat menjadi sopir angkot, membuktikan kemauan keras menjadikannya punya karir mentereng, diletingnya pun ia yang pertama mendapat jabatan Dandim di kelas A.
Novi sempat dibuat kebingungan karena dirinya saat itu dihadapkan dengan dua pilihan, yakni saat dirinya telah menjalani beberapa rangkaian test di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada 1997, dirinya juga diterima di Universitas ternama di Kota Malang, Universitas Brawijaya.
“Baca koran ada pengumumannya dan nama saya masuk (lulus), sampai sekarang korannya masih saya simpan sebagai kenangan,” ucap Novi.
Pada tahun 1997 hingga 2000 lulus pendidikan di AKABRI, mengubah banyak hal dalam hidupnya, tepat setahun lebih dua bulan sebagai perwira muda saat itu, dirinya bertugas sebagai komandan pleton (Danton) di medan konflik tepatnya di Kota Ambon, saat itu usianya baru menginjak 23 tahun.
“14 hari terombang-ambing dilautan, dalam pikiran ketemu daratan, makan dan tidur enak,” harapnya saat itu
Namun keberuntungan belum memihak pada Novi dan prajuritnya, saat daratan mulai terlihat disitu pula kontak senjata antar masyarakat Ambon yang bertikai sedang panas-panasnya.
“Situasi daratan kacau saat itu, kapal kami gagal mendarat, hanya asap dan api tanpa lampu saat itu yang kami rasakan,” bebernya.
Akhirnya di pagi hari tim berhasil bersandar, lanjut berjalan kaki menuju pos dan konflik masih bergulir situasi seakan memanas tanpa henti.
Ada pengalaman yang tak terlupakan dalam diri Novi saat bertugas di medan konflik, Tepat malam takbiran lebaran Idul Fitri tahun 2002 saat dirinya pergi ke warung telepon (Wartel) untuk menghubungi keluarga di kampung halaman, dua peluru nyaris bersarang di kepala Novi saat itu, keberuntungan memihak pada Novi.
“Saya pasti jadi sasaran tembaknya, karena saya komandannya saat itu, Alhamdulillah masih dalam perlindungan Allah, 2 peluru nancep di pohon mangga akhirnya,” jelas Novi.
Usai kepalanya nyaris menjadi sasaran tembak, konflik pun berlanjut, adu senjata kembali terjadi, baju singlet dan celana PDL jadi saksi saat genjatan senjata terjadi.
“Sudah sempat tembakan-tembakan, baru sadar dan kembali ke pos, pakai pakaian lengkap dan ambil senpi, berlangsung kurang lebar satu setengah jam,”ingatnya.
Dalam menghadapi segala medan penugasan Novi hanya menyebut, kuncinya ketelatenan dan keteladanan, karena semua hal yang dilakukan ada sisi yang tak sempurna.
Novi yang terlahir menjadi pasukan baju loreng tersebut ternyata memiliki hobi yang bukan tentara banget.
“Saya ini anak band main drum, traveling dan kuliner itu hobi saya banget, keluar masuk pasar itu kesukaan saya,” ucapnya sambil tertawa hangat.
Novi juga merupakan salah satu pelaku sejarah saat unjukrasa anarkis, oleh kelompok masyarakat yang menamakan diri F-KAMIS (Forum Komunikasi Masyarakat Indramayu Selatan).
“Mau bakar pabrik gula di Majalengka, hingga barikade aparat ditabrak oleh mobil pikap mereka, hingga ada korban, melihat situasi itu, saya ambil alih pengamanan,”ungkapnya.
Novi yang terlahir sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara telah bertugas hampir diseluruh wilayah Indonesia, hasil dari buah cintanya dikaruniai tiga jagoan calon penerus langkahnya, walau tak memiliki orang tua kandung di militer, Novi memiliki orang tua (mertua) seorang jenderal TNI berpangkat Brigadir Jendral. (Psg/adl)