PROKALTIM,BALIKPAPAN – Anggota Komisi III DPRD Kota Balikpapan Wahyullah Bandung, menggelar serap aspirasi (Reses) masa sidang I tahun 2024/2025, dengan menyerap aspirasi masyarakat Dapil Balikpapan Selatan (13/11/ 2024).
Hal tersebut digelar di Perumaham Posindo, tepatnya di Lapangan Volly, kegiatan tersebut dihadiri warga sekitar sebagai ajang silahturahmi untuk wadah aspirasi untuk masyarakat sekitar.
Wahyullah menyampaikan, bahwa kegiatan reses ini adalah momen penting untuk mendengarkan langsung keluhan, harapan, dan kebutuhan warga Balikpapan Selatan khususnya di Perumahan Posindo.
Ia berharap agar aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat dapat diserap oleh Organisasi Perangkat Daerah dan mendapat solusi yang baik, untuk tahun depan. Beberapa aspirasi yang diserap di antaranya terkait banjir di perumahan posindo menjadi perbincangan hangat, dan permasalahan air baku PTMB, penambahan PJU dan pengecoran jalan.
Di mana warga yang bermukim di perumahan PT Pos Indonesia (Posindo) mengeluhkan banjir yang merendam kawasan mereka tinggal.
Saat ditemui awak media, dirinya menyampaikan, banjir di Kota Balikpapan bisa diatasi dengan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan. Tapi upaya itu memerlukan lebijakan yang tepat dan sinergi yang kuat. Tinggal bagaimana pemerintah setempat bisa meyakinkan warga dalam program penanganan banjir yang sudah berjalan selama ini.
“Daerah itu memang langganan banjir. Setiap hujan 2 atau 3 jam pasti tergenang di situ. Perumahan Posindo namanya. Keluhannya tentu berhubungan dengan itu. Banyak tadi yang menyampaikan bagaimana mengatasi banjir di sana,” ujarnya, pada Jumat (15/11/2024).
Lanjut Wahyullah, sebagai langkah konkret, pemerintah setempat dalam penanganan banjir harusnya membangun pengendali banjir (bendali). Meski ada beberapa solusi berdasarkan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Yakni dengan memperlebar saluran dan rumah pompa. Memang semuanya memerlukan kajian dan anggaran dalam realisasinya.
“Ada tiga solusi dari DPU sebenarnya. Mulai dari pelebaran saluran, bangun bendali hingga membuat rumah pompa. Mungkin rumah pompa itu solusi yang paling murah dari pada yang lainnya. Tapi memang belum ada realisasi lanjutan,” jelasnya.
Menurut Wahyullah, pihak masyarakat tentu menunggu kelanjutan dari tawaran solusi dari pemerintah. Apalagi untuk membangun bendali memerlukan anggaran yang cukup besar. Karena masih ada biaya pembebasan lahan. Lalu untuk pelebaran saluran harus menyesuaikan dengan lahan yang ada di kawasan tersebut.
“Serba salah juga. Di satu sisi pemerintah perlu mempercepat penanganan banjir. Di sisi lain tanah untuk membangun bendali itu sudah mahal harganya. Jadi masyarakat memang kasihan karena setiap hujan pasti banjir,” ucapnya.
Wahyullah berharap persoalan banjir yang masih terjadi di Balikpapan mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Termasuk dukungan dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Harapannya tentu solusi yang diusulkan dapat mengurangi dampak banjir dan memberikan rasa aman bagi warga. (to)