PROKALTIM,BALIKPAPAN – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, mewaspadai penyebaran penyakit tuberculosis (TBC), dengan rangkaian hari Kesehatan Nasional dengan melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yang digelar di lapangan RT 5 dan RT 7 Kelurahan Sungai Nangka, Balikpapan Selatan, Sabtu (9/11/2024).
Kepala DKK Balikpapan, Alwiati mengatakan, pihak memilih lokasi acara di RT 5 dan RT 7 Kelurahan Sungai Nangka, dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat terkait penyakit menular, DBD.
Untuk itu, pihaknya melakukan pemeriksaan agar 1.825 pasien tersebut tidak menularkan kembali kepada keluarga, hal ini yang harus dicegah. Karena TBC ini penularannya cepat, sebab yang keluarga merawat juga beresiko menular.
Sebenarnya, lanjut Alwi, pasien TBC bisa sembuh asalkan rutin minum obat.
Menurutnya, 1.825 tersebut saat ini masih dalam proses pengamatan dan saat ini masih dicoba mencari potensi pasien lainnya sehingga pihaknya akan melakukan pemeriksaan.
“Hal yang perlu terus dilakukan adalah memberikan edukasi bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat, untuk mengenali gejala TBC seperti batuk yang beberapa minggu tidak sembuh, tengah malam demam,” kata Alwiati.
Dalam kegiatan ini, juga dilakukan pemasangan kelambu air sebagai upaya pencegahan penyebaran DBD di wilayah tersebut.
“Selain itu, Kita juga melakukan skrining untuk TBC. Lokasi ini dipilih karena banyak penyakit yang menular dan juga kasus DBD nya tinggi. Makanya tadi juga kita melakukan pembagian kelambu air,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) DKK Balikpapan, dr. I Dewa Gede Dony Lesmana mengatakan, pada prinsipnya skrining itu bisa dilakukan di semua Puskesmas, saat ini memang skiring yang dilakukan adalah menggunakan pemeriksaan dahak, dan diperiksa melalui alat tes cepat molekuler
Ia juga menyampaikan, pihaknya saat ini sedang menggencarkan kegiatan pemberian terapi pencegahan TBC, terapi pencegahan ini diberikan kepada kontak erat penderita TBC.
“Memang tantangannya cukup tinggi, karena memang kita mengobati orang yang sehat, bukan pasiennya, pasiennya minum obat TBC,” ucapnya.
Lanjujnya, kontak raga minum obat terapi pencegahan tuberkulosis, ini masih dikejar sebagai upayanya untuk bisa memenuhi target indikatornya agar tercapai targetnya untuk terapi pencegahan TBC.
“Untuk memproteksi yang lain, karena memang kita tahu betul bahwa TBC itu satu kasus saja itu beresiko menularkan 10-20 orang di sekitarnya. Makanya kita menggencarkan pemberian terapi pencegahan tuberkulosis untuk kontak-kontak erat yang ada di sekitar rumah penderita,” ujarnya.
“Saat ini program skrining baik secara aktif maupun pasif, sudah gencar dilaksanakan oleh teman-teman Puskesmas. Dan di tahun 2025 rencananya kita akan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan, namanya screening aktif tuberkulosis,” terangnya.
Ia menjelaskan, di tahun 2025 mendatang, dengan bantuan dari Kementerian Kesehatan, pihaknya akan melakukan skrining kepada 3500 orang, dengan kriteria yang pertama adalah orang yang perokok, orang yang ada riwayat sakit diabet, orang yang mempunyai gejala kearah TBC seperti batuk lebih dari 2 minggu, berat badan menurun, berkeringat di malam hari dan sebagainya.
“Di tahun 2025 kita akan melakukan skrining secara masif dan sasarannya 3500 orang,” ujarnya.
Untuk diketahui, Dewa menjelaskan, ositif TBC harus menjalani pengobatan sampai selesai, harus memperhatikan status gizinya dengan memperhatikan istirahat yang cukup dan sebagainya
“Untuk terkait lingkungan sekitar, memang penderita TBC yang terutama dahaknya positif itu memang wajib menggunakan masker kalau berinteraksi,” katanya.
Dan kalau si penderita TBC bekerja wajib istirahat mendapatkan pengobatan sampai minimal dahaknya negatif, biasanya 2 bulan nanti akan diperiksa lagi, kalau dahaknya sudah negatif, dia bisa masuk bekerja kembali.
“Tapi kalau masih baru-baru pengobatan TBC itu biasanya kita memang batasi interaksi dan kalau bisa wajib menggunakan masker,” pungkasnya. (*)