PROKALTIM,BALIKPAPAN – Dalam peninjauan di Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan Barat, Komisi II DPRD Kota Balikpapan bersama Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Balikpapan menemukan sebuah petak yang bertuliskan, “Petak Ini Diambil Alih oleh Pemerintah Tidak Bayar Retribusi.”
Kepala Disdag Balikpapan, Haemusri Umar, menjelaskan bahwa pihaknya terus menganjurkan para pedagang untuk taat membayar retribusi petak mereka.
“Ini sebenarnya hanya peringatan. Namun, masalah ekonomi masyarakat memang berdampak pada kegiatan di pasar ini,” ujarnya kepada awak media pada Jumat (17/1/2025).
Haemusri mengungkapkan bahwa para pedagang di Pasar Inpres Kebun Sayur banyak yang menunggak retribusi, dengan total tunggakan mencapai sekitar Rp 800 juta. Padahal, Pemerintah Kota Balikpapan melalui UPT Pasar Inpres hanya memungut retribusi sebesar Rp 270 ribu per bulan.
“Retribusinya macet. Kami sudah sering memberikan peringatan agar para pedagang membayar tepat waktu,” ungkap Haemusri.
Ia menambahkan, revitalisasi pasar dapat menjadi solusi untuk masalah ini, mirip dengan pasar Klandasan yang sudah lebih dahulu direvitalisasi.
“Dulu di pasar Klandasan juga pedagang tidak mau bayar retribusi, namun setelah revitalisasi, kami syaratkan mereka harus melunasi retribusi sebelum menempati lapak,” katanya.
Namun, revitalisasi pasar membutuhkan tahapan-tahapan seperti pembersihan dan penertiban. Beberapa petak bahkan ditemukan membangun fasilitas toilet di dalam lapak, yang tentunya melanggar aturan dan akan segera ditertibkan.
“Ini sudah menyalahi struktur, dan akan segera ditindak,” tegas Haemusri.
Haemusri juga mengungkapkan bahwa konsep Detail Engineering Design (DED) untuk revitalisasi Pasar Inpres telah disiapkan, dan tinggal menunggu anggaran.
“Kami akan mengusulkan DED pasar mana saja yang siap direvitalisasi saat rapat koordinasi Pemerintah. Jika anggaran daerah terbatas, kami akan meminta bantuan dari Provinsi,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu yang menempati petak di Pasar Inpres, Ibu Nur, mengaku mendukung rencana revitalisasi dengan harapan dapat meraih keuntungan setelah pembangunan selesai.
“Saya sih tidak masalah, asal nanti masih ada untung, jadi tidak ada masalah,” ujar Nur, yang sudah berjualan di Pasar Inpres sejak 2006.
Meski pendapatannya tidak selalu ramai, Nur merasa hasil tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
“Kadang ramai, kadang sepi. Tapi setiap hari masih ada saja untung meskipun sedikit-sedikit,” jelasnya. (to)