PROKALTIM – Penjualan mobil listrik berbasis baterai (BEV) di Indonesia mencatatkan penurunan signifikan dalam tiga bulan terakhir, yakni selama periode April hingga Juni 2025. Padahal, pemerintah telah mengguyur berbagai insentif fiskal sejak awal tahun untuk mendorong pertumbuhan kendaraan listrik.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan BEV pada semester I/2025 mencapai 35.846 unit. Penjualan melonjak pada Januari–Maret karena insentif triliunan rupiah, namun memasuki April, tren justru melandai:
- April 2025: 7.402 unit (turun 16,36%)
- Mei 2025: 6.393 unit (turun 13,63%)
- Juni 2025: 5.501 unit
Meski ada dorongan dari sisi kebijakan, penurunan ini disebut-sebut akibat tekanan ekonomi domestik seperti inflasi, suku bunga tinggi, dan melemahnya daya beli masyarakat, menurut pengamat otomotif ITB, Yannes Martinus Pasaribu.
“Setelah euforia insentif awal tahun berlalu, permintaan kembali stabil. Banyak konsumen juga memilih menunggu kebijakan 2026,” jelas Yannes.
Pasar Dikuasai Merek China, Tapi Daya Beli Masih Jadi Tantangan
Pabrikan Tiongkok seperti Wuling, Chery, XPeng, dan Aion kini mendominasi pasar lokal. BYD juga tengah membangun pabrik yang direncanakan rampung akhir 2025. Namun, penetrasi pasar masih tertahan oleh terbatasnya infrastruktur SPKLU, dan kesadaran lingkungan yang masih rendah.
Pemerintah sebenarnya telah merealisasikan insentif cukup besar. Berdasarkan PMK No. 12/2025, insentif yang diberikan meliputi:
- PPN DTP 10% untuk kendaraan CKD
- PPnBM DTP 15% untuk CBU dan CKD
- Bebas bea masuk untuk unit impor utuh (CBU)
Laporan semester I APBN 2025 mencatat, realisasi insentif kendaraan listrik mencapai Rp13,2 triliun, melebihi alokasi bantuan lain seperti subsidi listrik dan JKP.
Pabrikan Tetap Optimistis, Wuling dan Maxus Panen Insentif
Meski pasar melemah dalam jangka pendek, beberapa produsen tetap mencatat pertumbuhan tahunan. Wuling Motors mengakui insentif menjadi faktor utama meningkatnya minat masyarakat terhadap EV, terutama untuk model seperti Air EV, Binguo EV, dan Cloud EV.
“Harga mobil listrik sekarang lebih terjangkau, biaya energi lebih murah, dan pilihan model makin banyak,” ujar Brian Gomgom, PR Manager Wuling Motors.
Wuling menyebut konsumen Indonesia sudah mulai bertransisi dari mobil ICE ke EV, didukung insentif dan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di atas 40% yang memungkinkan mereka mendapatkan potongan PPN.
Sementara itu, produsen mobil listrik premium Maxus di bawah PT Indomobil Energi Baru juga mulai memproduksi MPV listrik Mifa 7 dan Mifa 9 secara lokal di Purwakarta. Kedua model ditargetkan memiliki TKDN 40% dan akan ditingkatkan menjadi 60% mulai 2027 agar tetap layak menerima insentif.
Saat ini, harga Maxus Mifa 7 dibanderol Rp799 juta dan Mifa 9 Rp1,09 miliar, dan kemungkinan akan menurun setelah produksi lokal berjalan penuh.
Target Gaikindo: 60.000 Unit BEV Tahun Ini
Gaikindo menargetkan penjualan BEV di Indonesia bisa tembus 60.000 unit hingga akhir 2025, naik dari capaian 43.188 unit pada 2024. Untuk mencapainya, dibutuhkan pertumbuhan 39% YoY, target yang cukup ambisius mengingat tren kuartal kedua justru melemah.