PROKALTIM,BALIKPAPAN – Lonjakan angka stunting di Balikpapan memaksa Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat untuk tak hanya mengandalkan fasilitas layanan kesehatan. Kini, pendekatan personal dan langsung ke lapangan menjadi kunci utama strategi penanganan.
Data terbaru menunjukkan, angka prevalensi stunting di Balikpapan mencapai 24,6 persen. Angka ini melonjak dari tahun sebelumnya yang berada di posisi 21,6 persen. Ironisnya, peningkatan ini terjadi merata di enam kecamatan, menandakan bahwa masalah gizi kronis sudah menyentuh hampir semua sudut kota.
“Ini bukan sekadar angka. Ini tentang anak-anak kita, tentang generasi penerus Balikpapan. Penanganannya harus menyentuh langsung mereka yang terdampak,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Alwiati.
Melihat tren yang mengkhawatirkan, Dinkes kini fokus memperkuat pendampingan gizi secara individu, terutama kepada kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita. Tak hanya mengandalkan puskesmas, intervensi juga dilakukan lewat kader-kader kesehatan di lingkungan RT.
Sentuhan langsung ini tak dilakukan sendiri. Dinkes menggandeng sejumlah organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Mereka terlibat aktif dalam memberikan edukasi, pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, hingga pemantauan tumbuh kembang.
“Upaya ini kami lakukan agar pelayanan lebih dekat dengan warga. Kami ingin menjangkau langsung, tidak menunggu warga datang ke puskesmas,” jelas Alwiati.
Selain itu, edukasi tentang pentingnya asupan gizi sejak masa kehamilan juga digencarkan. Posyandu, yang selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan dasar, diperkuat kembali fungsinya dalam pengawasan tumbuh kembang anak.
Mengacu pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting secara nasional berada di angka 19,8 persen. Dengan capaian 24,6 persen, Balikpapan masih berada lima persen di atas rata-rata nasional.
Meski begitu, Alwiati tetap optimistis. Ia meyakini, dengan sinergi lintas sektor dan pendekatan yang lebih menyentuh langsung masyarakat, angka stunting dapat ditekan secara bertahap.
“Ini bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam semalam. Tapi dengan kerja bersama dan konsisten, kami percaya Balikpapan bisa keluar dari zona merah stunting,” pungkasnya. (to)
Be First to Comment