Press "Enter" to skip to content

DPUPR Fokuskan Pemulihan Fungsi Sungai Guna Mitigasi Bencana Banjir di Bukit Subur

Ilustrasi proses normalisasi Sungai. (Ist)


PROKALTIM – Pemerintah Daerah Penajam Paser Utara (PPU) menyiapkan skema penanganan jangka panjang untuk mengatasi persoalan banjir yang kerap terjadi di kawasan Bukit Subur dan sekitarnya.

Fokus utama diarahkan pada pemulihan fungsi sungai melalui kegiatan normalisasi, termasuk pengangkutan material yang menyumbat aliran air, seperti sedimen dan potongan kayu.

Kegiatan tersebut digarap secara kolaboratif antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Balai Wilayah Sungai (BWS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta pemerintah kelurahan dan desa terdampak.

“Jadi, solusi jangka panjang, kita yang mau mengimbang pada masyarakat untuk kita sama-sama memelihara lingkungan yang utama,” ujar Sekretaris Dinas PUPR PPU, Muhammad Ali Mustofa.

Ali menyebut pendekatan preventif berbasis lingkungan harus menjadi fondasi awal. Namun di saat bersamaan, langkah teknis juga disiapkan untuk memulihkan kapasitas sungai yang sudah menyempit dan dangkal akibat sedimentasi dan tumpukan kayu.

“Yang kedua untuk jangka panjangnya yaitu kita sama-sama Pemeda PPU bersama PUPR dan BWS ini sudah sama-sama koordinasi di lapangan bersama BPPD itu untuk menangani normalisasi sungai,” ucapnya.

Kondisi sungai yang tersumbat telah menyebabkan meluapnya air ke pemukiman warga, terutama di RT 4 Kelurahan Riko. Potongan kayu bekas tebangan di daerah hulu dinilai memperparah pendangkalan yang menyebabkan air tertahan saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

“Pendangkalan yang ada sekarang, sama ada kayu-kayu yang bekas potongan-potongan kita angkut sehingga aliran sungai yang sekarang ini agak mendangkal itu bisa teraliri dengan baik,” katanya.

“Jadi, sementara ini tersumbat alirannya. Aliran sungainya cukup tinggi tapi sedemennya dan bekas-bekas potongan itu yang menyumbat jembatan yang di RT4,” tambahnya.

PUPR PPU menyatakan telah menurunkan alat berat ke lokasi untuk mendukung percepatan proses pengangkutan material penyumbat. Tak hanya fokus pada RT 4, koordinasi juga dilaksanakan untuk menurunkan tim di wilayah RT 9 dan RT 10, yang turut terdampak.

“Tapi nanti dari RT4, RT9, RT10 kita rame-rame kroyokan dengan BWS, kita kerahkan sepenuhnya alat kita ke sana, ini sudah di sana, jadi nanti ke depannya itu lebih kita bersiap-siaga,” tegas Ali.

Menurut dia, penanganan banjir di Bukit Subur dan Riko tidak bisa dilakukan secara sepihak. Keduanya saling berkaitan sebagai wilayah hulu dan hilir, sehingga diperlukan komunikasi intens dan komitmen gotong royong lintas sektor.

“Kita siaga 24 jam dengan teman-teman kelurahan Riko dan desa Bukit Subur yang berdampak itu, yang di hulunya itu Bukit Subur yang hilirnya di Riko kan Itu harus kita sama-sama, dua wilayah,” tutupnya. (Adv)

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *