Search
Search
Close this search box.

Nestapa Marlini, Gemerlap IKN dan Gubuk Reyotnya

SAMARINDA, PROKALTIM- Kaltim, IKN dan potensi alamnya begitu masyur seantero Nusantara, semua mata tertuju ke Kaltim, malangnya masih ada hati yang menjerit, tangisan pilu yang mengoyak!

“Wah dari Kalimantan, pasti disana enak banyak kayu dan batu bara, belum lagi minyak yang berlimpah,” ungkap seseorang saat penulis plesir ke Pulau Jawa.

Bukan soal jalan-jalan, ini soal ada label “kaya” terbentuk saat orang di Pulau Jawa melihat orang Kalimantan, nyatanya di Samarinda, Kalimantan Timur ada kisah sedih berbalut ketegaran dari keluarga kecil yang hidup dengan segala keterbatasannya.

Langit sudah menguning, Kamis (5/5/2022) langkah kaki begitu ringan menuju sebuah gubuk tepat berada di bawah tower pemancar signal.

Berada di Jalan Gerliya, Gang Setia Kelurahan Mugirejo, suara riang dicampur tangisan mengalihkan perhatian tepat disudut rumah yang dikelilingi rerumputan tinggi serta jalan setapak yang berlumpur, tak terbayang jika hujan, bubur coklat licin dan kotor.

Sebuah bangunan jauh dari bentuk rumah yang layak, dinding reyot termakan usia, perlahan kaki bertiti menginjakkan kaki selangkah demi selangkah untuk memasuki ruangan tersebut .

Ruang kecil beratapkan terpal biru usang, berdindingkan seng bekas, terdapat tungku untuk memasak, mereka menyebutnya dapur, piring dan mangkok berserakan, sampah bertumpuk berteman lalat.

Perempuan ceking mengenakan daster biru bercorak bunga, plester putih bulat menutup luka ditangan kanannya, menatap penuh tanya akan kedatangan kami.

Marlini (36) baru saja menjalani perawatan usai persalinan anak keenamnya beberapa hari lalu.

Sambil tersenyum mempersilahkan kami untuk masuk, satu buah lampu kecil bercahaya putih dan satu buah kipas angin gantung yang jaraknya berdekatan, tepat berada di atas kepala kami, memberi sediki kesejukan.

Berjajar enam anak Marlina, jeda usianya jelas terlihat rapat, gubuk berukuran 2 x 4 meter persegi itu di huni 8 jiwa tak ada pembatasan yang membedakan antara kamar dan dapur.

Saat ditanya mengenai program Keluarga Berencana (KB) dirinya hanya tersenyum.

Tangisan anaknya yang baru berumur satu tahun pecah, anak kecil ini haus, botol dot itu hanya berisikan air putih, susu begitu mewah tak terjamah untuknya, tangisan terhenti sembari menghisab dot tersebut.

Nestapa Marlini inilah yang membuat media ini datang berkunjung, membawa sedikit bantuan bersama para relawan.

Saat ditanya mengenai penghasilan dan pekerjaan sang suami, Marlini menjawab tak menentu.

“Ya, cari sayur sekitar sini hasilnya tak menentu bisa 3 hari hanya terkumpul Rp.100 ribu saja,” jelas Marlini.

Kami yakin banyak orang akan terpuruk lahir batin dengan kondisi finansial rumah tangga seperti ini, namun tak begitu dengan Marlini, selama tinggal digubuk ini tak ada sekalipun terdengar oleh tetangga ada keributan suami istri, semua mengalir harmonis.

“Saya sudah bersyukur hidup begini dan saya bahagia,” tuturnya dengan nada suku Banjar yang kental.

Murni (53) menceritakan sedikit tentang kehidupan tetangganya tersebut.

“Sudah setahun lebih dia tinggal disitu dan digratiskan sama yang punya karena keadannya, sebelumnya dia tinggal didaerah Jalan Perjuangan namun mungkin ada beberapa hal terkait administrasi jadi harus pindah kesini,” ungkap Murni.

Diketahui gubuk yang dihuni Marlini beserta suami dan anaknya itu tidak memiliki air bersih serta saluran listrik.

“Listriknya dari saya nyambung kabel dari arah dapur saya, kalau air mereka pakai sumur yang ada disebalah sana,” lanjut Murni.

“Suaminya biasanya cari sayur-sayuran dari lingkungan sini terus dititip ke warung-warung daerah sini juga,” imbuhnya.

Sungguh layak dibantu. Bersambung….
(psg/adl)

Agar Tidak Ketinggalan Informasi Terbaru
Ikuti Berita Kami di Google News, Klik Disini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top

PROKALTIM GROUP

Kategori Berita
Daerah

Pendaftaran Kolomnis Kaltimsiana

[gravityform id="3" title="false" description="false" ajax="true"]