PROKALTIM,PPU – Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Maha Sakti Esa Jaya mengkritik pelaksanaan debat calon Bupati dan Wakil Bupati Penajam Paser Utara (PPU) sebagai ruang dialektika yang minim Pertarungan Gagasan.
“Tadi malam kita sudah melihat debatnya. Dan hasilnya setiap kandidat hanya membicarakan persoalan PPU sebatas tekstual visi misi pasangan,” katanya di Petung, pada Jumat.
Dirinya mengkritik keempat pasangan calon Bupati PPU yang hanya sebatas menawarkan pesan-pesan normatif dan kurang interaktif yang tidak memberikan pandangan berbasis data dan riset terkait dengan isu-isu sosial dalam masyarakat Kabupaten PPU sehingga sebagian warga dan pemuda mempertanyakan makna debat.
Pilkada Kabupaten PPU diikuti empat pasangan, meliputi Pasangan Mudyat Noor-Abdul Waris Muin, Desmon Hariman Sormin-Naspi Arsyad, Hamdan Pongrewa-Ahmad Basir, dan Andi Harahap-Dayang Donna Faroek.
Maha menilai keempat pasangan memiliki visi misi yang cukup menarik, dan potensi yang sangat baik apabila diulas secara lebih mendalam terkhususnya dalam soal pembangunan, birokrasi dan lingkungan hidup.
Ia juga mengatakan, akan tetapi, kami sangat menyayangkan ruang dialektika semalam hanya di jadikan ajang untuk jual-jual program kerja tanpa ada ulasan yang lebih spesifik dan ukuran yang jelas.
“Semestinya pada debat tadi malam masyarakat dapat disajikan kontekstual persamalahan sebagai ukuran yang jelas akan masing-masing potensi program dari setiap Kandidat,” kata Harun.
Dia mengkritik panggung debat pada Pilkada Kabupaten PPU yang bersifat normatif dan tidak memenuhi syarat dari kualitas debat Pilkada. Dia sangat menyayangkan tidak adanya dialog yang interaktif dalam ruang komunikasi politik sebagai penggambaran dari debat gagasan.
Hal itu juga menguatkan pandangan tentang keterbatasan debat yang dibuatnya sekadar formalitas. “Debat di Indonesia ini memang masih bersifat formalitas, sehingga jarang dipergunakan untuk menggali potensi dan mengadu gagasan.” kata Maha.
Beliau juga sangat menyayangkan 2 momen debat pada sesi akhir tidak dipergunakan sebaik mungkin untuk mengupas kasus atau persoalan sosial untuk dibedah secara tajam.
“Tadi malam kita bisa lihat, dari beragam persoalan yang ada di PPU hanya Korupsi (Birokrasi) yang hanya disentuh dalam debat. Ini menimbulkan tanya di kelompok kaum muda akan keseriusan calon pemimpin dalam melihat persoalan isu-isu strategis di wilayah PPU,” kata Maha. (to)