Jakarta – Sebanyak 62% dari total UMKM berhenti sementara karena COVID-19. UMKM di Indonesia memiliki potensi berkembang yang besar.
Hal ini diungkapkan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Koperasi dan UKM Luhur Pradjarto di sela acara ‘Obsesi Ninja Xpress: Dengar Suara UKM Negeri’, Jumat (18/12/2020).
“Sebagian terhambat, karena apa? Transportasi yang terimbas. Makanya kami mengupayakan agar UMKM survive karena UMKM kita sangat besar kontribusinya dalam perekonomian di Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan ekspor, UMKM di Indonesia memiliki nilai sharing sebesar 14% dan diharapkan akan naik pada tahun depan bisa naik. Padahal baru sebanyak 13% UMKM yang masuk ke ranah digital.
Menurut Luhur, UMKM harus bertransformasi ke era digital, dari informal menjadi formal. Para pegiat UMKM juga harus bergabung supaya mencapai skala ekonomi yang bagus dengan kekuatan ekonomi yang baik untuk bersaing.
“Mereka harus belajar memasarkan secara online dan berbasis teknologi. Tanpa teknologi akan sulit menunjang produktivitas. Lalu jangan sampai UMKM terbilas terus, jadi bagaimana caranya membangun kemitraan antara besar, kecil dan menengah,” tegasnya.
Diketahui lebih dari 20 juta UMKM dominan di mikro. Usaha mikro juga memiliki keunggulan sangat lincah dan mempelajari pasar dengan cepat.
“Ini saatnya mengupayakan UMKM naik kelas,” tandasnya. (cho)