KUKAR, PROKALTIM- Yayasan Biosfor Manusia (Bioma) Kalimantan Timur, melaksanakan penanaman bibit mangrove di Desa Muara Kembang, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Minggu (5/6/2022) hal ini dilakukan dalam peringatan hari lingkungan hidup sedunia.
Kegiatan yang bertemakan “Lindungi dan Pulihkan Mangrove Untuk Kehidupan” merupakan hasil kerjasama diantaranya Pemerintah Kabupaten Kukar, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Delta Mahakam, Pertamina, dan Konservasi Alam Nusantara, serta Mahasiswa pencinta flora dan fauna Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.

Sedikitnya 100 bibit pohon mangrove ditanam di pesisir sungai. Kegiatan ini merupakan bentuk motivasi kepada masyarakat yang ada di Kelurahan Muara Kembang dan merupakan cikal bakal akan pentingnya mangrove bagi kehidupan di lingkungan.
Hal tersebut diungkapkan Aspian Noor Direktur Harian Bioma Kaltim saat ditemui awak media usai melakukan penanaman bibit mangrove.
“Kita berharap dari hal yang sedikit ini dapat menyebarkan kepada yang lain akan kepedulian terhadap lingkungan,” ungkapnya.
Pihaknya juga menyebut sudah ada sekitar 8000 bibit mangrove yang tersebar di tiga lokasi yang berada di Kecamatan Muara Jawa.
“Muara Pegah, Muara Hulu Besar dan Muara Hulu Kecil, 3 daerah ini kalau ditotal sejak tahun 2017 telah mencapai 670 ribu bibit yang berhasil di sebar,” sebutnya.
Mangrove memberikan banyak manfaat bagi ekosistem laut, memiliki pertumbuhan yang berbeda-beda atau menyesuaikan lokasi penanamanya dan mengikuti pasang surut air.
“Kalau di empang lebih lambat, kalau di pesisir sungai atau laut cepat, namun kasus di Muara Kembang ini kondisi laut yang berlumpur jadi hamanya banyak yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan mangrove,” jelasnya.
“Nanti kita akan lihat mangrove yang telah kita taman sejak tahun 2017 sudah ada yang berukuran 2-3 meter, di Muara Pegah dan Muara Hulu kecil, dari 670 ribu bibit yang kita tanam, harapan ada sekitar 40-60 persen yang tumbuh dan berkembang,” sambungnya.
Pihaknya juga berharap kepada masyarakat untuk tetap mempertahankan kondisi yang ada dan tidak ada lagi aktifitas pembukaan lahan, karena sesuai data yang diperoleh sudah hampir 80 persen ekosistem mangrove di daerah tersebut terekspoitasi oleh aktivitas ekonomi lainnya.
“Aktivitas penambakkan dan kegiatan ekonomi lainnya yang telah ada saja dipertahankan, tidak menambah aktifitas penambahan lahan sehingga kerusakan tidak lagi terjadi, sederhananya seperti itu,” ujarnya.
Saat disinggung terkait luasan lahan yang telah terjadi kerusakan dan yang masih asri pihaknya menambahkan, sesuai data konkrit pihaknya sejauh ini belum melakukan identifikasi namun secara garis besar ada sekitar 80 persen yang telah terekspoitasi.
“Namun dari aktivitas penambakan, dari pemantauan kami, masyarakat masih ada yang menggunakan metode tambak hijau, di tengah tambak itu ditanami sayur-sayuran dan masih bisa dipertahankan,” imbuhnya.
Bersamaan Lurah Muara Kembang, Masriansyah sangat mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh Yayasan Bioma Kaltim, terlebih manfaat kedepannya untuk keberlangsungan ekosistem mangrove untuk kehidupan, khususnya bagi warga Pesisir.
Terkait pengawasan serta perawatan terhadap bibit mangrove yang ditanam pihaknya menyebut, merupakan tanggung jawab bersama.
“Dari Bioma yang melakukan sosialisasi dan pembekalan dengan para kelompok yang nantinya akan menjaga dan merawat bersama,” singkat Masriansyah. (Psg/adl)