Sejumlah titik menjadi lokasi favorit konsumen untuk membeli rumah baik digunakan sebagai tempat tinggal ataupun investasi kos-kosan.
DPD Real Estat Indonesia (REI) perwakilan DIY mengungkap titik-titik yang menjadi minat konsumen membeli rumah.
Ketua DPD REI DIY Ilham Muhammad Nur membeberkan, minat utama pembeli berada di Sleman.
Selain itu juga peminatnya banyak membeli rumah di kawasan penyangga DIJ bagian Utara.
Menurutnya, Kecamatan Depok dan Mlati merupakan DIY bagian utara yang menjadi minat utama.
“Karena pasarnya di sana banyak yang beli rumah jadi ya harganya mahal,” ucapnya, Minggu (4/2).
Oleh karena itu, sekarang peminat mulai bergeser ke titik lainnya di DIY.
Itu sebagai upaya untuk menghindari harga rumah yang sudah selangit nilainya.
Setidaknya ada tiga titik yang menjadi alternatif konsumen sekarang dalam membeli rumah.
Ilham menuturkan, seperti sekarang kawasan penyangga Kota Jogja bagian Barat seperti Gamping, Godean, Sedayu, dan Seyegan.
Ada juga rumah yang berada di kawasan penyangga kota bagian selatan yang juga pasarnya masih besar karena banyak pusat hunian seperti Pleret, Sewon, dan Banguntapan.
“Itu masih juga menjadi lokasi-lokasi tempat berinvestasi atau mencari rumah,” tuturnya.
Ada sejumlah alasan titik-titik tersebut menjadi pilihan konsumen untuk membeli rumah.
Seperti misalnya DIY bagian utara karena di sana sudah terbentuk kawasan urban.
Meski tidak berkelas tetap lokasinya cukup lengkap dengan sejumlah fasilitas penunjangnya.
Misalnya di bagian Utara banyak perguruan tinggi dan banyak pusat perekonomian seperti mal dan lain sebagainya.
Kondisi itu menjadi letaknya strategis dan semuanya mendukung.
Ilham mengaku, kondisi itu otomatis membuat harga rumah di DIJ bagian utara relatif lebih tinggi dibanding bagian Selatan dan Barat.
Namun, tentunya harga yang lebih mahal itu sebanding dengan aksesibilitas terhadap kebutuhan sandang dan pangan yang berdekatan.
“Kalau di Utara 100% di Selatan mungkin 80% di Barat 70%. Perbedaan harganya bisa mencapai 20 hingga 30 persen,” ujarnya.
Menurutnya, untuk di Kota Jogja sendiri sudah tidak ada rumah yang diperjualbelikan lagi dari pengusaha yang tergabung di REI.
Suplainya sudah tidak ada dari REI karena di Kota Jogja sudah tidak ada tanah kosong.
Ilham mengaku, kalangan konsumen di DIY bagian Utara kalangan menengah ke atas karena harganya lebih mahal.
Tetapi, kondisi itu sebanding dengan lokasi-lokasi tersebut yang setiap tahunnya didatangi ribuan mahasiswa baru.
Otomatis itu menjadi magnet pertumbuhan bagi dunia usaha properti.
“Rumah tipe 45 sampai 60 yang paling diminati di tiga titik tadi,” ungkap Ilham.
Menurutnya, harga rumah di DIY terbilang variatif di setiap titiknya karena berbeda-beda.
Ilham mengatakan, misalnya saja di DIJ bagian Utara untuk rumah yang satu lantai type 45 harganya bisa mencapai Rp 900 juta hingga harga bermilyar-milyar.
Sedangkan di bagian Barat bisa mencapai Rp 500-700 juta dan di Selatan Rp 400-700 juta yang sama-sama harga paling murahnya untuk rumah tipe 45.
Menurutnya, 2023 lalu bisnis properti rumah di DIJ ada membaik setelah pandemi Covid-19.
Ilham berharap, 2024 ini meski ada Pemilu tidak terlalu berefek terhadap bisnis seluruh properti.
Menurutnya, DPD REI DIY optimis ada kenaikan mencapai di atas 20% di 2024 untuk seluruh penjualan properti dibanding 2023 lalu.
“2023 yang jelas ada kenaikan yang signifikan dibanding 2022,” tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di radarjogja.jawapos.com dengan judul “Jogja Bagian Utara Paling Diminati Pembeli Rumah, Begini Alasannya Kata REI DIJ” link artikel klik disini
