PROKALTIM,KUTIM – Program Sustainable Living Village (SLV) atau Desa Hidup Berkelanjutan secara resmi diluncurkan hari ini di Kutai Timur Kalimantan, yang menandai tonggak penting dalam upaya kolaborasi antara Apical, pengolah minyak nabati terkemuka dan eksportir minyak sawit terbesar di Indonesia: Earthworm Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berorientasi pada dampak: dan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim). Kemitraan ini bertujuan untuk mendorong perubahan lingkungan dan sosial yang positif di wilayah Kutim.
Program SLV adalah inisiatif inklusif pemangku kepentingan yang dirancang untuk mendorong penghidupan berkelanjutan melalui kolaborasi dengan mitra, masyarakat, dan penduduk desa. Fokus dari program ini adalah untuk menciptakan dampak lingkungan yang positif, menjembatan kesenjangan pengetahuan, dan mengurangi kesenjangan melalui empat inisiatif utama: meningkatkan penghidupan, melindungi hutan, transformasi rantai pasokan, dan mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan.
Apical berkomitmen untuk memanfaatkan keahliannya dan memperkuat kolaborasi dengan Earthworm Foundation dan pemangku kepentingan lainnya melalui inisiatif lima tahun ini. Program ini akan dilaksanakan di tiga desa di Kutai Timur: Tepian Indah, Tepian Langsat, dan Tepian Makmur – rumah bagi lebih dari 16.200 masyarakat desa. Wilayah ini, yang terkenal dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan sejarah penting dalam produksi minyak sawit, sangat bergantung pada budidaya kelapa sawit untuk kesejahteraan sosio-ekonominya.
Program SLV bertujuan untuk membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk praktik pertanian berkelanjutan, mengembangkan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan melalui budidaya kakao, dan melindungi lanskap alam dengan menumbuhkan komitmen pemangku kepentingan untuk konservasi dan restorasi kawasan hutan yang ditetapkan.
Komponen utama dari program ini adalah pemberdayaan petani dalam mengadopsi Praktik Pertanian yang Baik dan Praktik Manajemen Terbaik untuk budidaya kelapa sawit berkelanjutan. Hal ini akan mendukung petani dalam memperoleh Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), yang penting untuk kepatuhan hukum, mengamankan pendanaan pemerintah dan mencapai sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Secara khusus, petani diharapkan dapat meningkatkan teknik pertanian mereka dengan beralih ke pupuk alternatif berbasis non-kimia.
Selain itu, program SLV akan membuat demplot pertanian kakao untuk membantu mendiversifikasi sumber pendapatan petani. Kakao, yang merupakan komoditas prioritas di Kutai Timur, terkenal dengan kualitasnya yang tinggi. Selain memberikan pelatihan praktik pertanian terbaik untuk pertanian kakao, program SLV juga akan mendukung akses pasar bagi para petani.
“Kami sangat senang dapat memulai perjalanan ini bersama mitra kami untuk membawa perubahan transformatif dan berkelanjutan bagi masyarakat Kutai Timur,” kata Agus Wiastono, CSR Manager Apical, pada Rabu (4/9/2024).
“Dengan membekali petani lokal dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan STDB, kami juga memberikan pengetahuan mengenai praktik pertanian berkelanjutan yang akan memberikan manfaat bagi lingkungan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat tersebut. Selama lima tahun ke depan, tujuan kami adalah untuk melatih 500 petani, menyediakan peralatan dan dukungan yang mereka perlukan untuk berkembang secara berkelanjutan dan sadar akan lingkungan. Kami percaya bahwa inisiatif ini tidak hanya akan memperkuat perekonomian lokal tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa.”
Dean Affandi, Ketua Program Lapangan Earthworm Foundation di Indonesia, menekankan komitmen organisasi tersebut dalam menjaga alam dan mendukung masyarakat melalui praktik rantai pasokan yang berkelanjutan.
“Kolaborasi kami dengan Apical dalam program SLV merupakan langkah penting dalam meningkatkan upaya kami dengan pemerintah dan masyarakat lokal di Kabupaten Kutai Timur,” kata Affandi.
Dengan dukungan Apical, Earthworm Foundation akan mendorong perencanaan penggunaan lahan partisipatif (PLUP), sebuah proses kolaboratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk membuat rencana penggunaan lahan yang adil secara sosial, layak secara ekonomi, dan berkelanjutan secara lingkungan. Proses ini akan membuka jalan bagi inisiatif tambahan yang bertujuan untuk melindungi 10.000 hektar lahan dan menanam 90.000 pohon untuk konservasi dan restorasi hutan, sekaligus memberikan manfaat yang signifikan bagi petani lokal pada akhir program SLV.
Dalam sambutannya pada acara peluncuran tersebut, Kepala Bidang Perekonomian dan SDA, Ripto Widargo S.TP., MT, mewakili Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) menyatakan keberpihakan pemerintah terhadap program SLV.
“Program SLV oleh Apical and Earthworm Foundation ini sejalan dengan visi misi Kutai Timur untuk mewujudkan daya saing ekonomi berbasis sektor pertanian dan mewujudkan sinergitas perencanaan dan program yang berwawasan lingkungan. Kami perlu menyiapkan diversifikasi ekonomi, dan dengan program SLV ini menjadi salah satu upaya untuk mendorong ekonomi masyarakat. Harapannya dari program ini dapat dihasillkan sebuah model atau pedoman yang dapat digunakan oleh daerah lain.”
“Pertama kali diluncurkan pada bulan Februari 2023 di Kabupaten Aceh Singkil, Sumatera, Indonesia, program SLV adalah inisiatif utama dari agenda keberlanjutan Apical tahun 2030, yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN SDGs). Apical berkomitmen untuk mendukung 30 desa melalui program SLV pada tahun 2030.
Bersama dengan para pemangku kepentingan, Apical, Earthworm, dan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur bertekad untuk mendorong perubahan positif yang signifikan di wilayah Kutai Timur dan mendorong masa depan yang berkelanjutan dan berkembang bagi komunitas petani. (*)