Search
Search
Close this search box.

Komunis Gaya Baru Sebuah Metamorfosis PKI Telah Menyusup ke Semua Aspek Kehidupan

Penulis : Sugeng 
Analisis Spiritual Geostrategi Geopolitik Indonesia & Pemerhati Kerajaan Keraton Nusantara
(Bahan Untuk Kajian & Diskusi Tentang Bahaya LATEN Paham Radikal Sekulerisme dan Komunisme Untuk Rekan-Rekan di Seskoad TNI & Lemhanas)

 

KOMUNIS tidak selalu identik dengan orang yang tidak percaya Tuhan (atheis), tapi komunis bisa juga orang yang masih percaya adanya Tuhan, paham ini sama bahayanya dengan yang atheis Komunis. Mereka adalah kelompok ‘proletar kiri’. Yaitu mereka kelompok berpaham rasis anti agama. Mereka menganggap agama adalah dogma BUDAYA ASING.

Biasanya kelompok fasis radikal ini senang menyusup kedalam kelompok komunitas budaya. Komunitas ini berpura-pura membela adat dan budaya tapi tujuan untuk menyerang ajaran luhur agama. Tujuannya kelompok ini hanya membuat rusuh dan fitnah dengan membentur-benturkan antara ajaran agama dengan budaya. Jadi bisa dikatakan ideologi PKI lebih mudah tumbuh subur di dalam komunitas budaya. (Informasi data intelijen Infolahta Mabes TNI).

Kelompok ini benalu didalam masyarakat karena terselimuti dengan “percaya Tuhan” tapi hakekatnya menolak ajaran Tuhan itu sendiri. Biasanya mereka sok paling ‘Pancasila’ dan paling ‘Kebhinekaan’. Jatidirinya jatidirinya mereka adalah PKI sampah di nusantara kaum sekuler yang ANTI AGAMA.

Hakekatnya mereka munafik menentang nilai-nilai Pancasila itu sendiri dan menentang hukum-hukum yang bersumber dari agama (aturan Tuhan) sebagai hukum yang mengatur seluruh manusia dan alam semesta.

Metamorfosis adalah suatu proses perubahan penampilan fisik yang berbeda dari saat pertama kali kelahirannya atau kemunculannya.

Kebangkitan dan perkembangan Komunis Gaya Baru (KGB) telah menjadi ancaman asimetrik dengan ‘Strategy Soft Power’ seperti diulas oleh H. Liddell dalam Buku Strategy menjelaskan bahwa ancaman asimetrik menyerang pikiran, membengkokkan iktikad, memelintir logika, menghasut ideologi dan meruntuhkan kepercayaan (keyakinan).

Berawal dari Mao Zhe Dong si bapak
Komunis China yang telah mengobrak-abrik dan bencana bagi rakyat Indonesia dengan PKI nya, akhirnya pasca tenggelamnya PKI saat ini diam-diam melahirkan tokoh-tokoh baru pergerakan komunis generasi komunis milenial ‘Komunis Gaya Baru’ nama PKI sudah mereka kubur.

Memang PKI sudah tidak ada, tapi ‘ideologi’ komunis PKI masih tetap ada. Saat ini PKI sudah berganti baju, PKI telah berselimut dengan berbagai metamorfosis. Diantaranya dengan gerakan kesamping kanan yaitu penyusupan kedalam lembaga institusi negara atau kabinet-kabinetnya untuk menguasai kebijakan-kebijakannya.

Kemudian dengan gerakan ke samping kiri yaitu penyusupan kedalam parlemen legislatif partai-partai nasionalis (non komunis).

Ada pula dengan gerakan ke bawah pertama yaitu kedalam Komponen Masyarakat Budaya. Orang-orang KGB banyak yang disusupkan kedalam komponen ini, karena komponen ini lahan subur bagi penyebaran ajaran marxis komunis mereka selalu memblow up isu melawan ‘Budaya Asing’, maksudnya ‘budaya asing’ itu adalah ajaran agama dan slogan ‘pluralisme’ daripada kepada slogan menjaga ‘kearifan budaya lokal’.

Kemudian gerakan ke bawah kedua yaitu kedalam Komponen Masyarakat Religius dengan menciptakan gerakan ‘Islam Nusantara’. Komponen ini berafiliasi metamorfosis dengan JIL (Jaringan Islam liberal) yang lebih menekankan kepada “Sinkritisme” (penyatuan agama-agama) daripada kepada perjuangan dakwah dan syiar Islam.

Gerakan Komunis Gaya Baru telah aman terselimuti didalam kelompok liberal. Dimana liberalisme tidak akan tercipta bila tidak didukung dengan Sekulerisme didalam sistem pemerintahan.

Hakikatnya ‘Komunis Gaya Baru’ adalah Sekulerisme itu sendiri. Karena sekulerisme adalah “saudara kembar” komunisme yang lahir dari satu rahim, yaitu rahim Yahudi (Zionisme) kemudian dikembangkan oleh Stalin dan Leninisme.

Memang nama PKI sudah tidak ada tapi KGB dengan menggunakan ‘nama baru’ saat ini sedang tumbuh dan bergerak di tanah air ini. Ada dua kelompok radikal KGB yang terus bergerak yang akan mengancam negeri yaitu :

KGB yang liberal, misinya menjauhkan setiap individu dari satu aturan hukum yang bersumber dari ajaran Tuhan (azas tunggal).

Mereka mengakui percaya Tuhan, tapi mereka mengingkari akan aturan, tata cara, syariat, pelaksanaan spiritual ibadah dan norma hukum yang berasal dari Tuhan itu sendiri bahkan menentangnya.

Dan mereka ingin memisahkan urusan pemerintahan dengan agama karena urusan pemerintahan adalah urusan dunia bukan urusan agama, baginya agama hanya digunakan untuk mengatur urusan akhirat yang bersifat ibadah saja hubungan pribadi dengan Tuhan.

KGB yang ekstrim, misinya agar setiap individu meninggalkan satu aturan ajaran agama. Mereka ingin melenyapkan simbol-simbol agama yang berasal dari ajaran kaidah agama, intinya mereka anti agama artinya anti Tuhan.

Tuhan itu hanya sebagai momok atau dogma menurut mereka. Sehingga mereka menganggap agama adalah “candu masyarakat” atau mereka meng-kamuflasekan ajaran Islam adalah budaya asing.

Kemudian mereka mencap pengikutnya dengan istilah kadrun, onta dll. Padahal istilah ‘budaya asing’, ‘kadrun’ adalah istilah yang sengaja diciptakan oleh nenek moyangnya yaitu PKI.

Jadi Komunisme dan Sekulerisme dua-duanya sama satu rahim, satu tubuh dan satu gerbong memiliki visi dan misi yang sama, cuma yang satu lebih radikal dan yang satu lebih liberal.

Berbeda tapi satu esensi perbedaanya tipis intinya sama-sama menentang ajaran agama dan anti hukum Tuhan (azas tunggal).

KGB telah bersinergi dengan berbagai bidang dan elemen. KGB sekarang telah berselimut dan berbaju pelangi merah, kuning, hijau dan biru, supaya dapat masuk kesegala bidang elemen masyarakat dan institusi pemerintah.

Setelah keberadaannya mendapat tentangan keras dari kalangan masyarakat yang anti komunis, sehingga kaum proletar kiri ini dinilai tidak mampu memberikan kontribusi bagi aktivitas gerakan kiri dalam jalur parlementer.

Untuk itu gerakan Kiri kemudian mengambil langkah preventif dan alternatif dalam upayanya tidak membentuk partai berhaluan komunis tapi mencoba masuk dalam jalur parlemen.

Sebagian kader-kader gerakan Kiri (KGB) kemudian bergabung dengan partai-partai yang menjadi peserta pemilu 2009 lalu.

Diantaranya adalah BUDIMAN SUJATMIKO adalah seorang penganut Komunis muda pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) partai yang berhaluan Marxis Komunis.

Budiman adalah murid COKRO (nama samaran) seorang tokoh PKI Tegal, yang mengarahkan untuk menciptakan PRD. Yang saat ini Budiman berhasil masuk kedalam anggota parlementer di Fraksi PDIP.

Kemudian ANDI ARIEF adalah penganut komunis muda yang komunisnya bermahzab ANTONIO GRAMSCHI (Eurokomunis Abad 20).

Andi adalah pendiri dan ketua ‘SMID’ (Solidaritas Mahasiswa Indonesia) yang berhaluan ‘Kiri’. Dan saat ini Andi Arief adalah anggota parlemen di partai Demokrat.

Antara Budiman dan Andi adalah sahabat seperjuangan dimana mereka berkhayal ingin bangkitkan KUDA TROYA KOMUNISME.

Langkah ini pernah dilakukan oleh PKI terhadap parpol-parpol non komunis diantaranya masuk ke dalam rangka mempengaruhi kekutan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat itu dan akhirnya berhasil.

Dan sekarang kader gerakan kiri ini lebih banyak menyusup kedalam partai-partai nasionalis seperti PDIP, Demokrat dan Nasdem.

Kemudian KGB terlibat dan berperan besar berkampanye dalam menciptakan istilah dan opini sesat yaitu Islam radikal, Khilafah, Islam intoleran dan ekstrimis.

Gelar gelar yang buruk ini berhasil dipublikasikan oleh kelompok radikal Sekuler dimana kelompok ini sekarang sedang berkuasa di negeri ini.

Diantara dokumen yang sangat rahasia KGB dengan instruksi komando kebawah para anggotanya, adalah target perlawanan KGB (Neo Komunis) terhadap musuh-musuh politiknya sebagai berikut :

Sasaran Yang Menjadi Target Utama perlawanan ‘Komunis Gaya Baru’ terhadap lawan-lawan politiknya adalah :

1. Mengungkap dan mengangkat kasus-kasus politik, ekonomi dan kemanusiaan yang melibatkan Orde Baru, Militer (khususnya TNI AD) dan kasus radikalisme dan terorisme yang melibatkan umat Islam mengkaitkan dengan Orde Baru dan upaya menyudutkan Orde Baru, TNI AD dan gerakan umat Islam secara politik dan hukum.

2. Mengkait-kaitkan kebijakan dan sikap politik parlemen, birokrat dan militer dengan cara-cara yang dikembangkan oleh Orde Baru.

3. Secara sistematis dan massif terus melakukan pengembangan isu-isu strategis dan opini untuk membatasi eksistensi Orde Baru, Birokrat, TNI Militer dan gerakan umat Islam.

4. Membatasi peran Sospol dan fungsi teritorial TNI dan KODAM kebawah seperti Babinsa untuk mengefektifkan gerakan radikal ektra parlementer para anggota CDB (Comite Daerah Besar).

5. Melakukan gerakan ekstra parlementer melalui CC (Comite Central) yang berada duduk di parlementer dan di partai-partai nasional.

Dengan mengantisipasi dan mempersiapkan penggantian presiden baik secara di lengserkan secara terhormat atau digulingkan.

Gerakan KGB telah melakukan Infiltrasi ‘penyusupan’ menguasai elemen institusi dan elemen masyarakat yang berselimutkan politik, ekonomi, budaya, agama, pendidikan dan TNI POLRI sebagai berikut :

Infiltrasi Pertama melalui aspek Politik, dihidupkan sistem pemerintahan Sekulerisme yang lebih condong miring ‘kiri’, contohnya dibuka kembali hubungan diplomatik yang lebih intens yaitu “Poros Jakarta Beijing” dimana China Komunis sebagai proyek Mersuar Indonesia.

Infiltrasi Ke-dua melalui aspek Ekonomi, diterapkan sistem ekonomi Kapitalis yang mencekik rakyat. Dimana pemerintah lebih menarik pajak disetiap sektor masyarakat dan condong kepada pengusaha besar atau pengusaha investasi asing yang lebih besar dan kuat yang akan mematikan pengusaha lokal (pengusaha dalam negeri) dan pengusaha kecil.

Infiltrasi Ke-tiga melalui aspek budaya, perlu diwaspadai bila dihidupkan gerakan kebudayaan yang lebih radikal dengan semboyan ‘Melawan Budaya Asing’ dan “Pluralisme” dan membentur-benturkan dengan simbol atau ajaran agama maka ini termasuk strategi ‘kelompok kiri’.

Infiltrasi Ke-empat melalui aspek agama, diciptakan gerakan Islam Liberal dan diciptakan aliran Islam Nusantara yang lebih berbau “Sinkritisme” yaitu penyatuan antara ajaran Islam dan ajaran Syi’ah.

Infiltrasi Ke-lima melalui aspek pendidikan, dihilangkan kurikulum pelajaran Agama dan sejarah serta dikebiri dan diberangusnya perkembangan dakwah-dakwah luhur Islamiah dikampus-kampus Universitas dengan stigma Radikalisasi.

Infiltrasi Ke-enam, melalui aspek TNI POLRI, dikebirinya fungsi dan peranan TNI sebagai fungsi sospol dan teritorial TNI dan strategi penentuan structural petinggi TNI yang akhirnya melemahkan kekuatan dan fungsi TNI sendiri.

Disini saya garis bawahi bahwa POLRI adalah elemen institusi yang paling ‘lemah dan rentan’ yang mudah dijadikan sebagai alat kepentingan politik kekuasaan.

Adalah ciri paham Mao Zhe Dong si bapak Komunis China atau di Indonesia melahirkan KGB (Komunis Gaya Baru) biasanya menggunakan aparat Kepolisian sebagai bemper ‘alatnya’.

Gerakan senyap KGB yang dibelakangnya di komando oleh para ‘Jenderal Merah’ semua ini dalam lingkaran para oligarki Taipan China telah berhasil duduk manis meremote mengendalikan POLRI.

Jika KGB telah berhasil memimpin dan menguasai kepolisian maka itu suatu tanda nasib Polri sudah sampai pada ujungnya karena bersiap akan berhadapan dengan Militer TNI.

KGB menjadikan Polri adalah sebagai . (pembuat kebijakan negara) yang seharusnya Polri sebagai Operator (pelaksana kebijakan negara). Padahal Polri adalah Operator sama dengan TNI.

Kapolri tidak boleh hadir di rapat-rapat kabinet, ini tidak ada dasar hukumnya di UUD 1945.

Secara yuridis Kapolri dan Panglima TNI tidak boleh setingkat dengan Menhan (Menteri Pertahanan) atau Mendagri. POLRI harus di bawah Departemen terkait.

Apabila posisi POLRI di bawah Komando Presiden maka ini adalah tindakan Inkonstitutional (pelanggaran UUD 1945).

POLRI harus di bawah Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Hukum ini yang sesuai dengan UUD 1945.

POLRI tidak boleh dipersenjatai alutsista (senjata berat) seperti Tentara. POLRI adalah Sipil atau Non-Combatan (Non-Tempur).

Sementara TNI adalah Corps Combat (Pasukan Tempur) yg harus dipersenjatai alutsista dan senjata berat kaliber apapun.

POLRI bukan di bawahi langsung kekuasaan Presiden. Karena POLRI akan mudah dijadikan alat politik oleh partai Ruling Class (Penguasa).

Kalau sudah begini siapapun penguasanya akan memanfaatkan POLRI. Kalau kebetulan penguasanya lebih miring ke ‘Kiri’ maka pastinya akan lebih repressif seperti sekarang ini.

Matilah rakyat dan orang-orang yang kebetulan berseberangan dengan penguasa meraka akan ditangkapi, dikriminalisasi, diteror oleh polisi untuk kepentingan politik penguasa.

Padahal semua ini adalah rangkaian dari skenario gerakan sistematis KGB ‘Komunis Gaya Baru’ secara massif.

Bagaimanapun gerakan KGB ini membawa ideology radikal yang rasis dan represif merupakan bahaya Laten akan mengancam kehidupan masyarakat dan bernegara.

Komunis yang dikembangkan di Indonesia adalah ideologi ‘Moist’ komunis China. Maoist adalah paham Pemikiran Mao Zhe Dong yang dipakai sebagai Falsafah Komunis China.

Merupakan varian dari Marxisme-Leninisme yg berasal dari ajaran-ajaran pemimpin Komunis Karl Marx dan Lenin.

Ideologi Moist atau KGB ‘Komunis Gaya Baru’ adalah bahaya laten memiliki ‘daya perusak’ tinggi terhadap pemikiran karena akan mengancam terhadap aqidah Tauhid Islamiyah, keluhuran budaya dan tegaknya kaidah ideology Pancasila di NKRI.

Karena KGB ‘Komunis Gaya Baru’ strateginya adalah, menyerang pikiran, membengkokkan iktikad, memelintir logika, membuat fitnah, membenturkan pemahaman, menghasut ideologi dan meruntuhkan kepercayaan (keyakinan). *

 

Agar Tidak Ketinggalan Informasi Terbaru
Ikuti Berita Kami di Google News, Klik Disini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top

PROKALTIM GROUP

Kategori Berita
Daerah

Pendaftaran Kolomnis Kaltimsiana

[gravityform id="3" title="false" description="false" ajax="true"]