SAMARINDA, PROKALTIM- Suasana berbeda dibandingkan malam ditahun sebelumnya, Kamis (26/2) menjadi peringatan Cap Go Meh, kali ini terpantau tidak terlihat adanya kegiatan mencolok di masa pandemi Covid-19 ini.
Sebut saja kelenteng Ta San Pakung, kelenteng ini merupakan tempat beribadah yang di bangun secara pribadi oleh keluarga mendian Boste Tambi dan Ko Hay, diperuntukkan untuk umum, sudah 2 tahun kelenteng ini berdiri.
Saat tim Prokaltim.com berada di lokasi dan menyaksikan prosesi peribadatan kami di sambut seorang pemuda khas oriental, dialah Ko Han Han (27), ia menjelaskan beberapa hal mengenai kegiatan pada malam ini, sebuah tradisi tahunan menyambut Cap Go Meh atau lima belas hari setelah hari raya Imlek, punya makna sebagai hari puncak berkumpulnya para Dewa Dewi yang turun dari langit, membawa keberkahan untuk kita semua.
Ko Han Han juga menjelaskan adanya berberapa prosesi atau kebiasan saat memperingati Cap Go Meh yaitu pembakaran Tuankin (uang persembahan) yang bermakna sebuah ucapan rasa syukur yang dipersembahkan kepada para Dewa Dewi.
Bagi Angpao yang artinya Ang itu adalah merah memiliki makna semangat dan keberanian, Pao yaitu tempat, wadah atau amplop, bermakna berbagi rezeki dan keberkahan kepada seluruh umat.
“Ya intinya saya pribadi tidak mau kehilangan tradisi, malam ini yang beribadah disini ya dari kalangan keluarga terdekat saja, harapan kedepannya semoga pendemi ini cepat berakhir dan pemerintah dapat memberikan solusi konkrit terhadap Covid -19 ini, agar tidak terjadi kesenjangan sosial,
bisa kita lihat tempat tempat hiburan, terutama di Tempat Hiburan Malam (THM) bagaimana caranya bisa dilakukan penerapan psikal distancing kalo berada di dalam sana, kalau beribadah masih bisa kita atur jarak dan lain sebagainya,” pungkasnya. (Sam/adl)