BALIKPAPAN, PROKALTIM – Pandemi Covid-19 masih membayangi dunia. Perekonomian pun diprediksi belum bisa “berlari” pada tahun ini.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan mencermati, tahun ini ada beberapa risiko yang akan mendorong peningkatan inflasi. Hal ini seiring menguatnya permintaan di era new normal, terutama paska vaksinasi dan pemulihan ekonomi nasional.
Risiko lain bersumber dari normalisasi tarif angkutan udara. Kemudian, potensi kenaikan komoditas global khususnya CPO dan kedelai yang akan mendorong kenaikan harga bahan baku minyak goreng maupun harga tempe dan tahu.
“Kondisi iklim yang kurang kondusif dengan curah hujan cenderung di atas normal terutama pada bulan Maret hingga Mei 2021,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan, Sri Sudibyo Darmadi.
Mempertimbangkan risiko dan tantangan inflasi ke depan, pengendalian inflasi di Kota Balikpapan dilakukan melalui Strategi 4K. Strategi itu meliputi keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
“Sebagai upaya mengantisipasi risiko inflasi ke depan akan ditempuh langkah-langkah, yakni melakukan pemantauan harga dan stok secara rutin,” ujarnya.
Langkah selanjutnya adalah kegiatan urban farming untuk mendorong produksi sayuran, mendorong kerja sama antardaerah khususnya komoditas bawang merah dan komoditas pangan strategis lainnya, mendorong digitalisasi pembayaran pada pasar online yang terkoneksi dengan QRIS.
“Melakukan pengelolaan ekspektasi masyarakat melalui komunikasi yang efektif ke masyarakat, khususnya melalui Program Ulama Peduli Inflasi, talk show edukasi inflasi, video edukasi belanja bijak terutama mendekati Ramadan dan Lebaran,” terang dia.
Selanjutnya, TPID Kota Balikpapan terus meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar anggota agar inflasi Kota Balikpapan tahun 2021 tetap terjaga pada level 3 ± 1 persen. (dah)
